Home Pendidikan Stafsus Wapres: Perlu Kolaborasi Semua Pihak untuk Atasi Darurat Literasi dan Numerasi

Stafsus Wapres: Perlu Kolaborasi Semua Pihak untuk Atasi Darurat Literasi dan Numerasi

Jakarta, Gatra.com – Staf Khusus Wakil Presiden (Stafsus Wapres), Dr. Gatot Prio Utomo, menegaskan harus ada upaya semua pihak atau kolaborasi, baik pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi darurat literasi dan numerasi demi mencapai Indonesia Emas 2045.

Gatot dalam keterangan pers diterima pada Kamis (20/7), menyampaikan, kolaborasi semua pihak diperlukan karena tantangan untuk mencapai SDM unggul 2045 sangat berat.

Menurutnya, kolaborasi tersebut untuk percepatan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah. Sesuai dengan paparan Kemdikbud ristek dalam diskusi “Human Capital Index di Sektor Pendidikan” di Sekretariat Wapres, kondisi pendidikan nasional Indonesia sedang berada dalam darurat literasi dan numerasi.

“Kondisi ini berpotensi menurunkan capaian Human Capital Index Indonesia yang hanya 54 persen, terlebih munculnya learning loss akibat pandemi Covid 19. Jauh dibandingkan Singapura yang mencapai 88 persen,” kata pria yang karib disapa Gus Pu ini.

Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Ristek, Prof. Dr. Nunuk Suryani, MPd., menyatakan hasil asesmen (AN) 2021 menunjukkan Indonesia berada dalam darurat literasi dan numerasi. Satu dari dua peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi.

Hasil AN 2021 juga konsisten dengan hasil PISA 20 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum berubah secara signifikan dibandingkan peserta didik di negara OECD.

Pemerintah melalui Kemdikbud Ristek telah melakukan berbagai dukungan kebijakan untuk mengatasi situasi darurat literasi ini. Setidaknya tertuang dalam berbagai kebijakan, yaitu lahirnya Kurikulum Merdeka, Program Merdeka Belajar, Pendidikan Guru Penggerak, Sekolah Penggerak dan Rapor Pendidikan.

“Berbagai kebijakan pemerintah ini harus mendapat dukungan penuh masyarakat agar situasi darurat literasi dan numerasi bisa secepatnya kita berantas,” katanya.

Menurut Gus Pu, situasinya tidak mudah tetapi pihaknya percaya dan meyakini sinergi dan kolaborasi pemerintah dengan semua elemen masyarakat akan berhasil membawa Indonesia menjemput generasi emas 2045.

Menurutnya, organisasi profesi seperti PGRI, Ikatan Guru Indonesia, Pergunu, dan Perhimpunan Pendidik dan Guru (P2G) harus menjadi bagian penting dalam memberantas kondisi darurat literasi dan numerasi ini. Begitu juga lembaga pendidikan seperti LP Ma’arif NU, Majelis Pendidikan Muhammadiyah, lembaga pendidikan di bawah gereja Kristen dan Katholik, Taman Siswa, beserta seluruh elemen organisasi masyarakat di bidang pendidikan harus terlibat secara aktif.

“Program Organisasi Penggerak merupakan program awal yang perlu terus didorong secara lebih luas dengan sasaran yang lebih fokus yaitu pada upaya pengentasan peserta didik dari kondisi darurat literasi dan numerasi,” ujarnya.

Arah kebijakannya, lanjut dia, tidak bisa lagi sporadis dan dikerjakan sendirian. Kolaborasi pemerintah dan semua elemen masyarakat adalah kunci keberhasilan mencapai generasi emas Indonesia 2045.

Ke depan, Gus Pu mengusulkan upaya percepatan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah dapat meniru penanggulangan stunting yang memiliki Tim Percepatan Penanggulangan Stunting (TP2S).

“Harus ada semacam Tim Percepatan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah yang dibentuk secara regulatif di bawah Presiden atau Wakil Presiden sehingga kolaborasi seluruh stakeholder dapat terintegrasi secara utuh karena kerja kerja peningkatan mutu pendidikan tidak hanya menjadi urusan Kemendikbud ristek,” katanya.

Pemerintah sangat serius membangun generasi emas Indonesia 2045. Kemendimbud Ristek tak bisa sendirian dan single fighter dalam merumuskan dan merencanakan pendidikan nasional. Semua pihak harus terlibat secara aktif. Sejarah menunjukkan peran penting swasta dalam membangun pendidikan nasional.

Kontribusi swasta seperti LP Ma’arif, Muhammadiyah, pendidikan kristen dan katolik, kata Gus Pu, sangatlah besar bagi pembangunan pendidikan nasional dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Mari kita terus merapatkan barisan dan bersinergi untuk percepatan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah agar cita cita Indonesia mewujudkan Indonesia Emas 2045 dapat terwujud,” katanya.

97