Jakarta, Gatra.com - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiani menilai angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia masih jauh di atas target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Adapun, angka TPT itu berada pada kisaran 3,6-4,3 persen.
Netty menganggap penting bagi Pemerintah untuk mengevaluasi angka pengangguran di Tanah Air. Terutama, mengenai kinerja pemerintah dalam membantu lulusan SMK untuk memperoleh pekerjaan meski tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Pertanyaan saya, pertama karena ternyata pada faktanya lulusan sekolah kita itu sebagian besar SMK, apa itu sudah sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, dunia industri? Di sini apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk membantu lulusan SMK yang tidak ingin melanjutkan sekolah tersebut, agar bisa mendapatkan pekerjaan?" kata Netty dalam keterangannya, dikutip pada Rabu (15/11).
"Kenyataannya, tidak sedikit lulusan SMK belum bisa berkesesuaian dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri,” lanjutnya.
Hal itulah yang membuat Netty menilai penting untuk melakukan evaluasi mengenai langkah-langkah relevan pemerintah dalam menuntaskan masalah pengangguran di Indonesia. Pasalnya, sejak tahun 2004 silam, Indonesia telah memiliki slogan berlafalkan "SMK Bisa!" yang menurutnya hingga kini masih belum dapat terimplementasi dengan baik.
Ia pun menyebut, salah satu langkah yang baik untuk dilakukan menyusul adanya evaluasi, itu ialah dengan menyelenggarakan pelatihan terhadap para lulusan SMK. Dengan demikian, lulusan-lulusan SMK itu dapat memiliki keterampilan khusus yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia industri maupun dunia usaha.
Diketahui, Menteri Tenaga Kerja (Mennaker) Ida Fauziyah merespons pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa tingginya angka TPT di Indonesia saat ini disebabkan oleh kondisi sektor industri yang belum seutuhnya pulih. Namun, menurutnya, angka TPT tersebut sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2023, yakni 5,2 - 5,5 persen.
Namun, Ida mengakui bahwa angka tersebut memang masih tinggi. Di mana, masih ada sekitar tujuh juta orang yang menganggur di Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya bertekad akan terus menurunkan angka TPT tersebut hingga lima persen pada tahun 2024 mendatang.