Jakarta, Gatra.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, memasuki bulan November 2023, risiko dan ketidakpastian global masih menunjukkan peningkatan. Sejalan dengan hal itu, Bank Dunia masih memperkirakan pertumbuhan global masih lemah.
Menurut Sri Mulyani, saat ini Amerika Serikat menghadapi peningkatan tekanan fiskal dan inflasi inti yang masih tinggi. Sedangakan, ekonomi Tiongkok melemah akibat krisis properti, serta aktivitas perekonomian di Eropa sangat lemah dengan peningkatan defisit fiskal dan inflasi yang juga masih tinggi.
“Eropa masih dibayangi perang Ukraina dan inflasi tinggi. Ini menyebabkan dampak kenaikan suku bunga tinggi yang menyebabkan negara-negara Eropa seperti Jerman dan Inggris terancam resesi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers pada Jumat (24/11).
Potensi downside risk lainnya yang perlu diwaspadai antara lain selaim eskalasi tensi geopolitik akibat perang di Ukraina dan Timur Tengah, adalah geoeconomic fragmentation, shock akibat perubahan iklim, dan terbatasnya policy space global.
Dalam kesempatan itu, Bendahara Negara itu juga menjelaskan bahwa, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi masih lemah. World Bank dan IMF masing-masing memproyeksikan proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2023 sebesar 2,1% dan 3,0% (yoy).
Sementara untuk tahun 2024 diperkirakan mencapai 2,4% dan 2,9% (yoy). Selain itu, IMF memproyeksikan inflasi global sebesar 6,9% (yoy) pada tahun 2023 dan 5,8% (yoy) di 2024.