Sleman, Gatra.com - Busana-busana berbahan wastra Nusantara atau kain-kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia tampil di peragaan busana Colourful Indonesia. Para desainer juga memanfaatkan bahan alam ramah lingkungan dan mengajak penyandang disabilitas di ajang ini.
Digelar di Hotel Grand Keisha, Sleman, Sabtu (25/11), sebanyak 210 busana karya 24 perancang dari berbagai daerah, seperti Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Tengah hadir di Colourful Indonesia.
“Kami menampilkan kain-kain tradisonal dari seluruh Indonesia seperti tenun dan batik karena warna-warna kain Nusantara itu sangat beragam,” kata Athan Siahaan, perancang busana sekaligus President of Indonesia Fashion Parade yang menghelat acara ini.
Menurutnya, bukan hanya menjaga warisan budaya, busana-busana dari kain tradisi juga menarik dikenakan dan memiliki daya jual. Warna-warni dan keberagaman kain tradisi Indonesia diharapkan menjadi tren busana 2024.
“Kain-kain dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote, itu luar biasa sekali. Dengan keberagaman ini menjadi sebuah karya yang bisa digunakan masyarakat,” kata Athan yang kerap menampilkan rancangan berbahan ulos.
Apalagi pemanfaatan kain-kain tradisi ini selaras dengan upaya pelestarian lingkungan. Hal ini mengingat Indonesia menjadi penyumbang sampah terbesar di dunia, termasuk limbah pakaian. Para desainer di ajang ini juga memakai pewarna alami untuk busana rancangannya.
“Kami mengimbau mulai sekarang mengurangi menggunakan fast fashion yang ada musimnya. Satu kali pakai lalu dibuang. Kami mengajak untuk mengenakan busana dengan kearifan lokal yang orginal dan ramah lingkungan,” kata dia.
Ajang Colourful Indonesia juga memberi tempat bagi penyandang disabilitas. Sebanyak 17 disabilitas, termasuk desainer, penjahit, dan model dilibatkan di peragaan busana ini. “Kami membantu dengan sarana berkarya, seperti mesin jahit, supaya mereka berkembang dengan keterampilan yang mereka miliki.