Jakarta, Gatra.com - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan, bahwa, ekonomi biru memiliki potensi yang besar di ASEAN. The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memproyeksikan nilai tambah ekonomi berbasis perairan atau ekonomi biru mencapai US$30 triliun pada 2030 mendatang.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, potensi tersebut didorong oleh pertumbuhan kegiatan pelabuhan dan pengolahan ikan di ASEAN.
“Ekonomi biru itu luar biasa sangat besar potensi yang tersedia dan karena itu mungkin yang di eksploitasi itu baru beberapa persen saja di seluruh muka bumi ini,” kata Suharso dalam acara Indonesia’s Blue Economy Development pada, Senin (18/12).
Dalam kesempatan itu, Suharso juga menyebutkan bahwa, nilai ekspor barang berbasis laut mencapai US$1,3 triliun pada tahun 2020. Pada saat Pandemi Covid-19 ekspor berbasis produk laut hanya turun 3,2%, lebih rendah dibanding ekspor lainnya.
Ia menilai bahwa, jika potensi yang sangat besar ini mampu di optimalkan maka tidak hanya manfaat ekonomi yang diperoleh, tapi juga bisa memberikan perlindungan yang efektif kepada habitat kehidupan dan khususnya pada keanekaragaman hayati. “Dan menekan gas rumah kaca kita turun sampai dengan 20 persen,” katanya.
Menurut Suharso, ekonomi biru juga diproyeksi mampu menciptakan sekitar 12 juta lapangan pekerjaan pada tahun 2030. Ekonomi biru juga mampu menyediakan energi terbarukan 40 kali lebih besar, serta lebih dari enam kali lipat ketersediaan pangan yang berkelanjutan pada 2050.
Ekonomi biru juga memiliki potensi keuntungan dan investasi laut yang berkelanjutan sekitar US$15,5 triliun pada 2050 mendatang.