Jakarta, Gatra.com - Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan bahwa, ekonomi hijau dapat dorong peningkatan surplus usaha Nasional. Penerapan ekonomi berkelanjutan ini diproyeksikan dapat memberikan keuntungan senilai Rp1.517 triliun bagi para Pengusaha.
Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan, jika Pengusaha tidak mendukung upaya Pemerintah dalam upaya transisi ke ekonomi hijau dan menghambat transisi dengan masih memanfaatkan fosil, maka akan kehilangan surplus usaha yang sangat besar.
“Kalau bergeser dari ekonomi yang sumbernya ekstraktif dan kotor itu surplus usahanya relatif kecil, tapi kalau bergeser ke sektor ekonomi yang bersih, sirkular ekonomi, restoratif ekonomi, transisi energi, itu ternyata keuntungan bagi pengusaha itu Rp1.517 triliun,” kata Bhima dalam acara Launching Policy Brief: Nasib Transisi Ekonomi Hijau di Tahun Politik, pada Selasa (19/12).
Dalam kesempatan itu, Bhima juga menjelaskan bahwa, dalam penerapan energi hijau tak hanya Pengusaha yang diuntungkan, namun juga masyarakat. Menurutnya, pendapatan masyarakat dalam proses transisi ekonomi hijau bertambah hingga Rp902,2 triliun.
“Pendapatan masyarakat di business as usual cuma dapat Rp582,3 triliun tapi kalo bergerak ke sektor yang lebih hijau mencapai Rp902,2 triliun,” jelasnya.
Menurut Bhima, kalau Pemerintah ingin mendorong konsumsi rumah tangga lebih tinggi, artinya pendapatan masyarakatnya harus meningkat signifikan. Secara sektoral, dari pengadaan listrik dan gas, industri pengolahan juga akan terdorong, dan akan berdampak pada penerimaan masyarakat yang akan lebih tinggi.
“Sehingga ini juga bisa menjawab bahwa hidup layak di jakarta itu butuh hampir Rp15 juta per bulan, upah minimumnya Rp5 juta jawabannya apa? Lebih buka lapangan pekerjaan hijau,” imbuhnya.
Menurutnya, Indonesia membutuhkan ekonomi yang lebih sustainable dan berkelanjutan. Hal tersebut juga akan memberikan dampak positif untuk menutup gap antara kebutuhan hidup layak di masing-masing wilayah di Indonesia dengan pendapatan masyarakat.
“Kita harus move on dari ekonomi yang naik turunnya tida bisa kita perkirakan. Kapan booming lagi harga komoditas. Tidak ada yang tahu, jadi kita butuh ekonomi yang lebih sustainable,” pungkasnya.