Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa, penerapan ekonomi hijau yang berkelanjutan dalam jangka panjang dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata di atas 6% per tahun untuk menuju Indonesia emas 2045.
“Ekonomi hijau di jangka panjang menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar di atas 6% setiap tahun,” kata Airlangga secara virtual pada acara Green Economy Expo: Advancing Technology, Innovation and Circularity, Rabu (3/7).
Selain itu, penerapan ekonomi hijau juga dapat berkontribusi untuk mengurangi emisi sebesar 86 miliar ton CO2 pada 2060 mendatang. Hingga dapat menciptakan lapangan kerja lebih dari 4,4 juta per tahun.
“Untuk itu sangat tepat bahwa ekonomi hijau ini penting agar kita bisa setara dengan negara-negara maju dan lepas dari middle income,” jelasnya.
Airlangga juga menjelaskan bahwa, Indonesia memiliki dua peluang besar dalam pengembangan ekonomi hijau.
Peluang pertama yakni, transisi ekonomi hijau di sektor energi dengan penerapan energi baru dan terbarukan (EBT). Seperti energi surya, angin, air, biomassa, dan panas bumi.
“Juga pengurangan emisi karbon dari PLTU melalui kombinasi daripada ammonia dan karbon capture dan storage,” imbuhnya.
Kemudian, peluang yang kedua yaitu pertumbuhan ekonomi baru dengan sektor dan aktivitas ekonomi sirkular, termasuk industri berbasis sumber daya alam.
“Ekonomi bio dan industri yang memanfaatkan lipah. Salah satu biodiversity adalah bioekonomi tentu perlu terus dikembangkan dan pemerintah telah mengembangkan 22 kawasan ekonomi khusus dan tentunya pengembangan prinsip ekonomi hijau dan ekonomi sirkuler diharapkan dapat meningkatkan investasi hijau,” jelasnya.