Jakarta, Gatra.com - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) sekaligus mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Rakyat Demokratis (PRD) Peter Petrus Hariyanto turut hadir dalam agenda debat ketiga sebagai bentuk dukungannya untuk Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo. Namun, dukungan Petrus ini tidak untuk cuma-cuma.
Petrus secara terang dan jelas mengatakan akan menagih janji-janji yang telah diucapkan Ganjar Pranowo dalam debat pertama yang berbicara seputar HAM dan penegakan hukum.
“Saya datang di sini, diundang, mendukung Ganjar-Mahfud karena dalam debat kemarin (Ganjar) sudah menyatakan akan bersedia mencari 13 teman saya yang hilang. Dan, akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, termasuk kasus penculikan secara yudisial,” ucap Petrus Hariyanto saat ditemui wartawan usai debat ketiga di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1).
Saat ditemui wartawan, Petrus didampingi oleh Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasyid dan Dewan Penasehat TPN, Yenny Wahid. Di hadapan kedua petinggi TPN ini, Petrus menegaskan, ia akan menagih janji Ganjar untuk menemukan teman-temannya yang hilang.
“Itu yang menjadi konsen saya sebagai temannya Wiji Thukul, temannya Herman Hendrawan, temen-temen yang lain. (Mereka) masih belum kembali,” lanjut Petrus.
Petrus menyampaikan, dirinya juga sempat menagih janji Ganjar di media sosial. Sekitar tiga hari yang lalu, Jumat (5/1), Petrus sempat menyampaikan permintaan melalui media sosial X atau Twitter. Hal ini disampaikan satu hari setelah Ganjar mendengarkan puisi Wiji Thukul dalam salah satu agenda kampanye di Jepara, Jawa Tengah.
“Saya meng-quote di Twitter, Pak Ganjar, tolong saya temannya Thukul, tolong carikan kalau bapak nanti berkuasa. Tolong carikan, kalau bapak nanti berkuasa,” ucap Petrus.
Mantan teman satu sel Budiman Sudjatmiko ini meminta agar Ganjar bisa membantu mencari dan menunjukkan lokasi makam Wiji Thukul dan 12 aktivis 1998 lainnya yang masih hilang. Petrus mengatakan, dirinya dan keluarga korban ingin berziarah dan memastikan keberadaan sanak keluarga mereka yang hilang.
“Jadi, kami sudah berjuang 25 tahun lebih, tetapi penuntasannya terlunta-lunta, mandek, Hanya pada persoalan non yudisial, tapi kami ingin juga yudisial. Yang terpenting, nasib 13 orang itu diketahui,” kata Petrus lagi.
Meski hadir dalam agenda debat ketiga, Petrus enggan untuk mengomentari substansi debat yang membahas seputar pertahanan dan isu geopolitik. Petrus menjelaskan, ia tidak ingin berkomentar lantaran pendengaran yang kurang baik.