Jakarta, Gatra.com - Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2024 semakin dekat. Selain aktif secara luring, para kandidat juga mulai giat berkampanye, berinteraksi, dan menyampaikan pesan kepada calon pemilih melalui media sosial.
Namun, belakangan ini muncul asumsi bahwa sosial media mempromosikan satu kandidat atau partai politik tertentu daripada yang lain. Karena pengguna merasa video mengenai salah satu paslon kerap muncul di 'Feed' mereka.
Menanggapi hal tersebut, pihak TikTok menjelaskan bahwa caranya merekomendasikan suatu konten tidak berpihak. Sistem rekomendasi TikTok justru bekerja berdasarkan preferensi dan interaksi pengguna. Artinya, video-video yang muncul di laman Untuk Anda (For You Page/FYP) pengguna TikTok direkomendasikan karena pengguna tersebut telah berinteraksi dengan konten-konten serupa sebelumnya.
Head of Communications TikTok Indonesia, Anggini Setiawan menjelaskan bahwa interaksi pengguna menjadi faktor utama dalam menentukan FYP. Saat pertama kali membuat akun, pengguna diminta mengenai minat mereka, dan interaksi pengguna di platform dijadikan parameter penting.
Anggini menambahkan bahwa sebagai platform yang berbasis user-generated content (UGC), sistem rekomendasi TikTok menggunakan informasi dari interaksi pengguna agar menampilkan konten yang relevan dengan minat pengguna. Bahkan jika akun tersebut belum memiliki pengikut pun, akan tetap bisa dilihat pengguna lain yang berminat dengan konten yang sejenis.
Hal ini menunjukkan bahwa "sinyal" yang diberikan pengguna di TikTok, seperti menyukai, membagikan, mengikuti akun, dan berkomentar pada video konten yang mendukung salah satu paslon, bisa memengaruhi sistem rekomendasi untuk menampilkan konten dari atau seputar suatu kandidat lebih sering dalam rekomendasi FYP. Oleh karenanya, jika pengguna ingin melihat lebih banyak atau sedikit konten dari suatu paslon atau topik, pengguna bisa menggunakan sejumlah fitur yang disediakan oleh TikTok untuk mengendalikan konten yang tampil di laman FYP.
Adapun fitur-fitur itu antara lain menekan tombol "Tidak Tertarik" untuk mengurangi konten yang tidak sesuai; menyaring kata kunci untuk memblokir konten tertentu muncul di FYP; atau me-refresh FYP dari awal lagi. TikTok menyiapkan fitur ini apabila pengguna merasa konten-konten yang muncul di FYP sudah tidak sesuai dengan preferensi mereka.
Hal serupa juga disampaikan oleh Government Relation and Public Policy TikTok Indonesia, Faris Mufid melalui acara media TikTok secara virtual beberapa waktu lalu.
"Jadi ada banyak tools yang memang kami telah siapkan untuk memastikan bahwa FYP yang kita konsumsi itu sesuai dengan apa yang kita mau. Jadi [konten] tidak diarahkan [ke pengguna], tapi kita [pengguna] bisa mengontrolnya," jelasnya dalam keterangan yang diterima pada Kamis (18/1).
Selain menyediakan berbagai fitur untuk membantu pengguna mengendalikan laman FYP mereka, TikTok juga memiliki tim moderasi yang tidak hanya mengandalkan mesin, tetapi juga tenaga manusia. Anggini menyampaikan bahwa 8% dari 40.000 moderator TikTok di seluruh dunia memonitor konten berbahasa Indonesia untuk menegakkan Panduan Komunitas TikTok, termasuk menghapus misinformasi berbahaya seputar Pemilu.
Selain itu, seperti yang dilansir dari postingan terbaru dari Ruang Berita resminya, TikTok menyatakan komitmennya untuk melindungi integritas Pemilu 2024. Komitmen ini diwujudkan melalui kerja sama dengan para mitra, proses moderasi yang ketat, serta fitur keamanan yang tersedia di dalam aplikasi.
TikTok sebelumnya mengumumkan kemitraan dengan KPU dan BAWASLU RI tahun lalu untuk meluncurkan Pusat Panduan Pemilu 2024. Sebuah laman khusus dalam aplikasi yang menyediakan informasi kredibel dan otoritatif seputar penyelenggaraan Pemilu 2024. TikTok juga menggandeng organisasi sipil seperti MAFINDO dan Perludem sebagai mitra pengecek fakta untuk membantu menangkal misinformasi dan hoaks, khususnya terkait pemilu.
Segala upaya TikTok untuk melindungi integritas Pemilu dibalut dalam kampanye bertajuk #SalingJaga, yang mengajak pengguna untuk ikut aktif melindungi satu sama lain dari bahaya misinformasi. Kampanye ini diluncurkan melalui sebuah video panduan kreatif bersama figur publik dan kreator konten dari berbagai latar belakang profesi dan generasi, seperti Angga Yunanda, Merry Riana, Sania Leonardo, serta Dims The Meat Guy. Keempat figur ini memberikan serangkaian tips bagaimana pengguna dapat #SalingJaga melawan misinformasi di platform digital yang mudah dipahami dan dapat diterapkan oleh masyarakat luas.
Melalui upaya-upaya yang telah disebutkan di atas, TikTok mengajak pengguna dan masyarakat luas agar tidak hanya memahami cara kerja platform pilihan mereka. Tapi juga bijak dalam bersosial media untuk menciptakan ruang diskusi daring yang aman dan nyaman, dan tentunya bebas dari misinformasi.