Bekasi, Gatra.com - President University (Presuniv) sudah sejak lama ikut berperan dalam membangun mutual understanding atau saling pengertian dalam hubungan antara China-Indonesia, dan China-ASEAN.
Rektor Presuniv, Prof Chairy mengatakan bahwa sudah sejak tahun pertama perkuliahan, yang dimulai pada tahun 2002, Presuniv menerima kehadiran mahasiswa-mahasiswa asing dari berbagai negara. Sebagian mahasiswa asing tersebut berasal dari China, Vietnam dan beberapa negara anggota ASEAN lainnya.
Baru-baru ini, digelar ajang Promoting People-to-People Ties and Building a Better Home Together dan Release of Top 10 Stories of China-ASEAN Corporation di Hotel Swiss-Belinn, Cikarang, Bekasi. Acara tersebut diselenggarakan oleh China International Communication Group (CICG) Asia Pacific, yang bekerja sama dengan China Foreign Affairs University, Asia Pacific Think Tank, dan Presuniv. Dalam ajang ini, CICG juga mengumumkan 10 tulisan terbaik yang membahas tentang kerja sama China-ASEAN.
CICG adalah perusahaan penerbitan dan komunikasi asal China. Perusahaan yang berkantor pusat di Beijing itu memiliki 21 unit bisnis penerbitan yang berbahasa asing. Di antaranya, Foreign Language Press, New World Press, Morning Glory Publisher, Dolphin Books, China Pictorial Publishing House, Sinolingua, dan beberapa lainnya.
Merujuk website-nya, CICG memiliki 26 cabang yang tersebar di 14 negara di dunia. Setiap tahunnya perusahaan yang berdiri sejak Oktober 1949 itu menerbitkan sekira 3.000 buku dalam 40 bahasa, termasuk puluhan jurnal. Buku-buku tersebut kemudian didistribusikan ke 180 negara dan kawasan.
Mahasiswa Asing Terus Bertambah
Prof Chairy menegaskan bahwa dimulai sejak tahun 2002 dan berlanjut sampai sekarang, Presuniv masih terus menerima banyak mahasiswa asing, termasuk yang berasal dari China.
"Saat ini mahasiswa asing yang kuliah di Presuniv datang dari 23 negara di dunia. Mereka kuliah di berbagai program studi dan fakultas di Presuniv," ungkapnya.
Ia juga sangat optimis ke depan jumlah mahasiswa asing yang kuliah di Presuniv akan terus bertambah. Pasalnya, saat ini Presuniv memiliki lima fakultas dengan 21 program studi S1 dan tiga program studi S2.
"Sekarang kami memiliki fakultas terbaru, yakni Fakultas Kedokteran. Sementara, untuk program studi S2 terbaru adalah Magister Hukum," jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa berdasarkan data Kemendikbudristek, sejak tahun 2017 hingga 2022, Presuniv menjadi perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa asing terbanyak se-Indonesia. Sebagian dari mahasiswa asing tersebut berasal dari China.
Oleh karena itu, lanjutnya, kolaborasi dengan China, termasuk kalangan korporasinya menjadi sangat penting bagi Presuniv.
"Itu sebabnya kami sangat mendukung kegiatan Promoting People-to-People Ties and Building a Better Home Together yang diselenggarakan oleh CICG," tegas dia.
Menurutnya, Presuniv juga sudah sejak lama berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan asal China, termasuk mereka yang beroperasi di Indonesia. Kerja sama tersebut dilakukan lewat berbagai bentuk. Di antaranya, pemberian beasiswa dari perusahaan-perusahaan asal China, Beasiswa ini bukan hanya untuk mahasiswa asal China, tapi juga mahasiswa dari Indonesia.
Bentuk kerja sama lainnya adalah kuliah tamu yang menghadirkan para pembicara dari China, bahkan termasuk di antaranya Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Kang. Selain itu, mahasiswa dan dosen Presuniv juga kerap melakukan company visit atau kunjungan ke perusahaan-perusahaan asal China yang beroperasi di Indonesia. Kegiatan lainnya, papar Prof Chairy adalah rekrutmen mahasiswa untuk magang maupun lulusan baru.
Selain yang bernuansa akademis, mahasiswa asing yang kuliah di Presuniv juga diajak terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, seperti pengabdian kepada masyarakat, termasuk juga kegiatan seni, olahraga dan budaya.
"Kegiatan yang melibat mahasiswa asing semacam ini sangat penting untuk membangun atmosfer internasional di Presuniv. Selan itu, melalui kegiatan bersama tersebut, kami ingin membangun sikap toleran, mau saling memahami dan saling mengerti antara sesama mahasiswa asing, serta mahasiswa asing dengan mahasiswa Indonesia," ujarnya.