Depok, Gatra.com – Mantan Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin meraih gelar doktor setelah mempertahankan disertasi berjudul “Hilirisasi Industri Sawit untuk Memperkuat Perekonomian Nasional dan Meningkatkan Posisi Tawar Indonesia dalam Perdagangan Dunia”.
“Tim Penguji untuk mengangkat saudara Salah Husin dalam Program Studi Kajian Stratejik dan Global dengan yudisium suma cumma cum laude dengan IPK 3,96,” kata Athor Subroto, S.E., M.M., M.A., Ph.D. Ketua Sidang Penguji Disertasi Saleh Husin di Universitas Indonesia Jakarta, Sabtu (24/2).
Athor menyampaikan, pihaknya menyatakan Saleh Husin selaku mahasiswa Program Doktoral (S3) Sekolah Kajian Stratejik dan Golbal UI berhak menyandang gelar doktor setelah mendengarkan laporan promotor Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., M.M., mengenai pengembangan keahlian Saleh Husin.
“Ketua program studi telah melaporkan hasil ujian sidang tertutup dan capaian artikel ilmiah hasil riset saudara,” katanya.
Saleh Husin dalam sidang terbuka di Makara Art Center, Kampus, UI, Depok, menyampaikan, industri kelapa sawit merupakan bagian dari industrial deepening kelapa sawit yang menjadi kunci peningkatan perekonomian dan kesejahteraan bangsa.
Menurutnya, hilirisasi memerlukan investasi yang besar, produksi yang efisien, dan pengaturan ekspor yang optimal. Sesuai simulasi yang dilakukan dalam disertasi ini, jika penurunan ekspor produk hulu sebesar 5% dan produk hilir meningkat 15% maka Indonesia memperoleh peningkatan devisi sebesar US$7 miliar per tahun.
“Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat,” kata Saleh.
Pria yang kini mendapuk Presiden Komisaris PT Indah Kiat Pulp and Paper, Tbk., ini lebih lanjut menyampaikan, minyak sawit merupakan produk yang sulit tergantikan oleh minyak nabati lainnya.
“Karakteristik minyak kelapa sawit paling mudah untuk dijadikan produk-produk turunan,” ujarnya.
Selain itu, luas lahan yang diperlukan paling kecil sehingga biaya produksi minyak kelapa sawit paling rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya,” kata dia.
Saleh Husin menyampaikan, hilirisasi dapat memperbaiki produktivitas dari petani sawit swadaya yang menguasai 42% lahan sawit di Indonesia. Namun demikian, produksinya masih sangat rendah, yakni 2–3 ton per hektare per tahun.
“Masih sangat jauh dibandingkan dengan perkebunan besar yang dimiliki oleh perusahaan kelapa sawit yang memproduksi 5–7 ton per hektare per tahun,” ujarnya.
Menurutnya, kebutuhan minyak kelapa sawit untuk memproduksi berbagai produk Hilir di dalam negeri membuat harga kelapa sawit yang memenuhi standar menjadi meningkat.
“Hilirisasi memaksa petani untuk memproduksi kelapa sawit yang standar dengan produktivitas yang lebih tinggi,” katanya.
Biografi Saleh Husin
Saleh Husin lahir di Pulau Rotei, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 16 September 1963. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Husin Laonso dan alma Hj. Marhomah Laonso binti Aked (almarhum-almarhumah).
Saleh menyelesaikan sekolah dasar di SDN I Ba'a Rote, NTT pada 1975; sekolah menangah pertama SMPN I Ba'a Rote pada 1979, dan SMA Palapa Kupang pada 1982. Ia mendapat gelar sarjana dari Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana Jakarta pada 1996 dan master pada Program Magister Administrasi Publik di universitas yang sama pada 2007.
Saleh Husin menikah dengan Andresca, S.E. pada 1994 dan dikaruniai tiga orang anak, yakni Sadensca Haniyah Putri (Esca) pendidikan sarjana dari Suffolk University, Boston, Amerika Serikat (AS).
Kemudian, Andzal Risky Putra (Andzal), pendidikan Pascasarjana dari Queen Mary University, London, UK, dan Deezal Annabel Putri (Annabel) yang sedang menempuh pendidikan di University of the Arts London, UK.