Jepara, Gatra.com - Sebanyak sembilan warga Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, meninggal dunia akibat tersengat demam berdarah dengue (DBD), pada musim penghujan kali ini. Sekretaris Daerah (Sekda) Jepara, Edy Sujatmiko mengatakan, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jepara, secara kumulatif tercatat 507 kasus DBD. Rinciannya, sebanyak 436 pasien, 62 kasus positif, dan sembilan pasien meninggal dunia.
Lonjakan kasus yang sangat signifikan ini, membuat pemerintah daerah menginstruksikan langkah cepat pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kepada seluruh instansi dan pihak terkait, tak terkecuali masyarakat. "Dari sini langsung action PSN-nya. Jangan mengumpulkan lagi unsur di bawah. Nanti malah action-nya enggak jalan-jalan," ujarnya di Pendopo RA Kartini Jepara, Sabtu (24/2).
Dalam rapat koordinasi penanganan dan pemberantasan penyakit tersebut, pihaknya menginstruksikan camat dan kepala desa untuk masif bergerak.
"Meski fogging bukan solusi terbaik, jika memang diperlukan untuk memberi sugesti kepada masyarakat, lakukan. Tapi PSN harus benar-benar jalan. Pak Camat dan Pak Petinggi silakan berdayakan masyarakat untuk mengaktifkan jumantik (juru pemantau jentik) dalam diri masing-masing warga dan keluarga," bebernya.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinkes Jepara, dr Eko Cahyo Puspeno menyebut, kondisi terakhir DBD di Jepara sebagai 'situasi yang menghawatirkan'. Ia menilai perlunya langkah antisipasi agar tidak merebak.
"Saat ini rumah sakit penuh dengan pasien, bahkan meluber sampai UGD (unit gawat darurat). Ada kalanya di UGD antri sampai sepuluh pasien," tuturnya.
Menurut Eko, ini merupakan siklus lima tahunan. Selain memaparkan petunjuk sejumlah upaya antisipasi teknis, dia menekankan banyaknya kasus DBD pada anak-anak.
"Apakah dengan ini kita berpikir di mana anak-anak mendapati gigitan nyamuknya? Apakah mungkin di sekolah? Maka saya terima kasih Kepala Disdikpora sudah membuat edaran ke sekolah. Juga Kemenag," terangnya.
Dokter Eko menambahkan, sembilan warga meninggal dunia dengan total DBD dan tersangka yang mencapai 507 kasus itu, hampir menyamai total kasus sepanjang tahun 2023.
Jumlah kasus itu terjadi dalam kondisi rata-rata angka bebas jentik masih di bawah 95 persen. Dengan sebaran hampir merata di seluruh penjuru kabupaten berjuluk Bumi Kartini.