Jakarta, Gatra.com– Perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di ajang pemilihan legislatif (pileg) tahun ini belum menyentuh 4% juga. Partai berlambang bunga mawar itu terancam tidak lolos ke Senayan.
Berdasarkan real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) termutakhir pada 27 Februari 2024 pukul 21.00 yang diakses Gatra.com, dari 65,18% suara yang masuk, perolehan PSI masih mentok di angka 2,78% atau 2.093.004 suara.
Bagi pengamat politik sekaligus Direktur Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Wijayanto, mandeknya suara PSI disebabkan sejumlah alasan. Salah satu alasan utamanya, menurut Wijayanto, adalah karena PSI gagal menyedot suara milenial sekaligus suara dari golongan kolonial.
“Anak-anak muda biasanya percaya nilai perubahan dan kebaruan. Hanya saja, anak muda yang menginginkan perubahan itu enggak diwakili oleh PSI,” ujar Wijayanto kepada Gatra.com, Selasa (27/2/2024).
Di sisi lain, lanjut Wijayanto, PSI juga gagal megambil hati golongan tua. Alasannya adalah karena para pemilih tua sudah punya parpol-parpol pilihan tersendiri. “Dengan kata lain, dari perolehan suara PSI itu rakyat Indonesia mau bilang, ‘Elu enggak relevan,’ begitu, dan tidak dibutuhkan di politik Indonesia,” ujarnya.
Di samping itu, Wijayanto juga menilai bahwa PSI merupakan partai yang dibentuk secara instan dan tidak berangkat dari kepedihan dan derita rakyat secara umum. Lagi pula, kata dia, secara ideologis, PSI terbilang salah arah.
Menurut Wijayanto, sebagai partai yang mencitrakan diri sebagai partai anak muda, partai tersebut seharusnya menawarkan nilai-nilai baru. Ia melihat realitanya PSI sejak pembentukannya hingga saat ini justru malah langsung mendukung Jokowi alias status quo.
“Kalau begitu, buat apa mendirikan partai kalau hanya untuk mendukug status quo? Sudah banyak yang mendukungnya. Hari ini lebih parah lagi karena PSI mendukung politik dinasti. Jadi PSI ini memang partai baru dan muda usianya, tapi tua praktik dan nilai yang diyakininya,” ujar Wijayanto. Mengaku milenial kelakuan kolonial.
Di sisi lain, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, Dedek Prayudi, mengaku tetap optimistis bahwa perolehan suara partainya bisa mencapai 4%. Ia mendasarkan argumennya pada banyak temuan survei sebelum hari pencoblosan 14 Februari 2024 lalu yang menunjukkan bahwa partai yang diketuai anak bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, itu sukses tembus 4%.
“Hasil survei sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas PSI di atas 4 persen. Misalnya SPIN menyebut 4,2 persen saat survei dilakukan 5-8 Februari 2024. Bahkan, survei lembaga riset media terkemuka menyebut elektabilitas PSI 4,4 persen tapi survei ini tidak dirilis. Ini semua memperlihatkan PSI sangat mungkin lolos ke Senayan,” kata Dedek seperti dilansir Antara, Jumat pekan lalu.