Home Ekonomi DPR Imbau Masyarakat Tidak Khawatir Soal Kenaikan Harga Gas dan BBM Imbas Konflik Timur Tengah

DPR Imbau Masyarakat Tidak Khawatir Soal Kenaikan Harga Gas dan BBM Imbas Konflik Timur Tengah

Jakarta, Gatra.com - Eskalasi konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel memunculkan kekhawatiran di tengah masyarakat khususnya akan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas dunia.

Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto meminta masyarakat tidak khawatir akan terjadinya kenaikan harga BBM dan gas LPG bersubsidi. Sebab, selain banyak opsi untuk menekan impor migas nasional, termasuk peningkatan efisiensi distribusi BBM dan gas LPG bersubsidi yang lebih tepat sasaran.

Mulyanto memandang kenaikan harga minyak dunia tersebut tidak terlalu jauh dari asumsi makro Indonesian Crude Price (ICP) dalam APBN tahun 2024 sebesar USD82 per barel. Bahkan kecenderungan harga minyak dunia dalam dua minggu terakhir justru melandai.

“Kondisi dunia memang tidak sedang baik-baik saja. Tapi masyarakat tidak perlu panik, khususnya terkait dengan kemungkinan kenaikan harga BBM dan gas LPG bersubsidi,” ujarnya.

Mulyanto menyebut puncak harga minyak mentah WTI di bulan April 2024 terjadi pada tanggal 5 April 2024 sebesar USD87 per barel. Namun setelah itu secara fluktuatif harga minyak mentah ini terus turun mencapai sebesar USD82.9 per barel kemarin 17 April 2024. Artinya harga minyak mentah dunia ini sudah mendekati asumsi makro ICP APBN 2024.

“Mudah-mudahan tren ini berlanjut, menuju angka di bawah USD70 per barel,” tambah Mulyanto.

Selain itu, menurut Mulyanto, cadangan migas nasional ke depan juga cukup. mencapai lebih dari 30 hari. “Jadi kita tidak terlalu kesusu mengambil keputusan terkait dengan impor migas ini,” katanya.

Untuk diketahui serangan Iran ke Israel membuat ketegangan di Timur Tengah meningkat. Hal ini juga dikhawatirkan akan membuat harga minyak dunia naik akibat dari gangguan pasokan global.

Serangan Iran ini secara langsung akan meningkatkan kemungkinan konflik tersebut dan dapat mengganggu pengiriman rantai pasok global melalui Selat Hormuz.

Pasalnya, jalur perairan sempit di perbatasan selatan negara itu, yang dilalui lebih dari seperempat perdagangan minyak maritim global termasuk minyak mentah dan produk minyak seperti bensin, sangat strategis bagi perdagangan migas internasional.

13