Mekah, Gatra.com- Baju hitam Kabah memang memesona. Apalagi ditambah ornamen emas yang menghiasinya. Setiap jemaah haji dan umroh akan dibuat kesengsem olehnya. Termasuk jemaah petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) Kementerian Agama Republik Indonesia daerah kerja (daker) Madinah, yang melaksanakan umrah pada 08/5/2024.
Kiswah pertama kali dibuat dibuat oleh seorang pengrajin bernama Adnan bin Ad dengan bahan baku kulit unta. Namun dalam perkembangannya, kiswah dibuat dari kain sutera. Untuk membuat sebuah kiswah memerlukan 670 kilogram bahan sutera atau sekitar 600 meter persegi kain sutera yang terdiri dari 47 potong kain. Masing-masing potongan tersebut berukuran panjang 14 meter dan lebar 95 centimeter.
Ukuran itu sudah disesuaikan untuk menutup empat sisi bidang kubus Kabah. Sedangkan untuk hiasan berupa pintalan emas diperlukan 120 kilogram emas dan beberapa puluh kilogram perak. Sejak 1931, kiswah untuk menutupi Kabah diproduksi di sebuah pabrik yang terletak di pinggir kota Makkah, Arab Saudi. Dalam pabrik tersebut, pembuatan kiswah dilakukan secara mutakhir dengan menggunakan mesin tenun modern.
Di pabrik kiswah yang areanya seluas 10 hektare itu dipekerjakan sekitar 240 pengrajin kiswah. Dalam pabrik tersebut, kiswah dibuat secara massal. Di sanalah semuanya disiapkan dari perencanaan, pembuatan gambar prototipe kaligrafi, pencucian benang sutera, perajutan kain dasar, pembuatan benang dari berkilo-kilo emas dan perak murni, hingga pada pemintalan kaligrafi dari benang emas maupun perak, dan penjahitan akhir.
Meskipun kiswah tampak hitam jika dilihat dari luar, bagian dalam kiswah itu berwarna putih. Salah satu kalimat yang tertera dalam pintalan emas kiswah adalah kalimah syahadat, Allah Jalla Jalallah, La Ilaha Illallah, dan Muhammad Rasulullah. Surat Ali Imran: 96, Al-Baqarah: 144, surat Al-Fatihah, dan surat Al-Ikhlash. Kalam Allah itu terpintal indah dalam benang emas untuk menghias kiswah.
Kaligrafi yang digunakan untuk menghias kiswah terdiri dari ayat-ayat yang berhubungan dengan haji dan Kabah juga asma-asma Allah yang dimuliakan. Hiasan kaligrafi yang terbuat dari emas dan perak tampak berkilau indah saat terkena cahaya Matahari. Karena menggunakan bahan baku dari benda-benda yang sangat berharga seperti sutera, emas, maupun perak, harga kiswah ini menjadi sangat mahal sekitar Rp50 miliar. Sehingga setiap tahun Jawatan Wakaf Kerajaan Arab Saudi harus menyediakan dana sekitar Rp 50 miliar untuk pembuatan kiswah.
Tradisi penggantian kiswah yang dilakukan setiap tahunnya sudah ada sejak masa Khalifah Al-Mahdi yang merupakan penguasa Dinasti Abbasiyah ke-IV. Saat itu, Khalifah Al-Mahdi naik haji, penjaga Kabah melapor bahwa kiswah sudah rapuh, dan dikhawatirkan akan luruh. Mendengar laporan yang memprihatinkan itu, Al-Mahdi memerintahkan agar setiap tahun kiswah diganti.
Sejak saat itu, kiswah untuk Kabah selalu diganti setiap tahun pada musim haji dan menjadi sebuah tradisi yang harus selalu dijalankan. Dengan demikian tidak ada lagi kiswah yang kondisinya memprihatinkan. Pasalnya, setiap kiswah hanya memiliki masa pakai Kabah selama satu tahun. Bahkan, kiswah bekas dipakai Kabah ada yang dipotong-potong kemudian potongan tersebut dijual sebagai penghias rumah maupun kantor.
Tradisi memotong-motong kiswah ini sudah ada sejak zaman kalifah Umar. Saat itu Umar membagikan potongan kain kiswah pada jamaah haji. Untuk melindungi diri dari terik Matahari. Sejak itulah, begitu kiswah diganti maka kainnya dipotong-potong untuk berbagai keperluan.