Home Ekonomi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan, Ini Paparannya

Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan, Ini Paparannya

Jakarta, Gatra.com- Yayasan Bentang Merah Putih bekerjasama dengan LBPDPKS dan Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhanas) menggelar Seminar Group Diskusi (SGD) yang bertajuk “Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan Guna Meningkatkan Kredit Karbon dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca di Gedung Dwiwarna, Lemhanas, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (29/4).  

Saat pembukaan seminar, Wakil Gubernur Lemhanas RI, Letjen TNI Eko Margiyono, M.A. mengatakan bahwa kelapa sawit adalah bagian dari penyangga ekonomi Indonesia. Untuk itu penting mendukung pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan demi meningkatkan kredit karbon dan meminimalkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). 

“Seminar Group Diskusi (SGD) ini menjadi sangat penting karena berkontribusi terhadap ketahanan nasional khususnya pada bidang ekonomi,” ungkap Letjen Eko dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/4).

Baca juga: BPDPKS-Aspekpir Indonesia Kolaborasi Hilirisasi Sawit Bidang Industri Kosmetika

Dalam kesempatan ini, Deputi Pengkajian Strategik Lemhanas RI, Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni.M.P menyampaikan tujuh rekomendasi praktik perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kredit karbon dan mengurangi emisi GRK. Pertama, peningkatan ketersediaan lahan untuk menunjang keberlanjutan kelapa sawit.

Kedua adalah peningkatan penelitian & penggunaan teknologi inovasi di sector sawit guna mengurangi emisi karbon. Serta peningkatan daya saing kelapa sawit melalui strategi branding.

"Juga Peningkatan penguasaan dan pengelolaan data karbon-sawit. Serta peningkatan efektivitas pengawasan, pengedalian, dan penegakan hukum pada kelapa sawit dan pelestarian lingkungan. Kemudian peningkatan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan kerjasama antar Lembaga untuk meningkatkan daya saing kelapa sawit," ungkap Prof Reni.

Sementara itu, Ketua Yayasan Bentang Merah Putih, Yohana E. Hardjadinata selaku penyelenggara acara berharap SGD ini banyak memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk pembuatan film dengan judul Story About Us : Palm’s Love. Film dengan latar belakang kehidupan di perkebunan kelapa sawit ini bertujuan sebagai soft diplomacy sawit Indonesia untuk dunia dan peran sawit dalam karbon trade dan emisi gas rumah kaca. 

Baca juga: Realisasi Lahan Sawit Bersertifikat ISPO Masih Rendah, Baru Capai 5,68 Juta Ha

Indonesia berkontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Selain juga dikenal sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar. 

Untuk itu, Indonesia pun diyakini memiliki peran signifikan dalam manajemen emisi karbon dioksida global. Namun, ada perdebatan mengenai apakah perkebunan kelapa sawit dapat benar-benar mengurangi atau justru meningkatkan emisi karbon dioksida.

Pasalnya, perkebunan kelapa sawit memiliki potensi untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK). Karena, lebih dari 80 persen pengundulan hutan berhubungan dengan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Tindakan ini tentunya memberikan dampak signifikan terhadap iklim global. 

Untuk itu, pentingnya melakukan pendekatan pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan agar dapat menjadi solusi penting untuk meminimalkan emisi GRK dan meningkatkan kredit karbon. Pendekatan ini mengoptimalkan produksi kelapa sawit dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan sosial. 

Baca juga: Airlangga: Reaiisasi Pemanfaatan Biodiesel Sawit Domestik 2023 Capai 12,2 Juta Kiloliter

Oleh karena itu, perlunya dilakukan kajian tentang strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan untuk meningkatkan penerimaan kredit karbon dan mengurangi emisi GRK.

Harapannya dengan menerapkan strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di lahan yang terdegradasi, Indonesia dapat mencapai kesejahteraan rendah karbon, menjaga hutan hujan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati dan cadangan karbon, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. 

“Ini juga menjadi bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampak perubahan iklim,” pungkas dia.

138