Jakarta, Gatra.com - Juru Bicara Kementerian Agama (Kemenag) Anna Hasbi mengatakan, fenomena hilang atau tersesatnya jemaah haji di Tanah Suci kerap terjadi di setiap tahun penyelenggaraan ibadah haji. Dengan berkembangnya teknologi saat ini, pemerintah melalui Kemenag berupaya meminimalkan kejadian tersebut.
“Dengan perkembangan teknologi tentu saja kami merasa perlu meningkatkan layanan sehingga memudahkan baik bagi jemaah dan bagi petugas saat menghadapi masalah [kehilangan jemaah] ini,” ujar Anna kepada Gatra.com.
Saat ini, Kemenag bersama Ainun Najib tengah menyiapkan aplikasi bernama "Kawal Haji" yang dapat melacak keberadaan jemaah sehingga ketika jemaah diketahui hilang atau terpisah dari rombongannya, mereka dapat segera ditemukan. “Aplikasi ini cukup diinstal di handphone, bisa beroperasi di handphone berbasis android atau IOS,” katanya.
Anna mengatakan aplikasi tersebut amat ringkas dan mudah digunakan baik bagi jemaah dan petugas. Sebelumnya, Kemenag mendapatkan banyak penawaran dari pihak lain, seperti penggunaan wearable device berupa gelang, jam tangan dan chip. Hanya saja, perangkat tersebut memiliki kekurangan.
Solusi teknologi yang ditawarkan Ainun Najib, lanjut Anna, lebih cocok dan aplikatif. “Kalau kita mengembangkan wearable device atau menanamkan chip, tentu jadi ada tambahan biaya dan itu tidak murah. Jadi, aplikasi ini sesuai dengan budget dan keinginan. Jadi kita dapat value yang sama dengan yang kita inginkan,” paparnya.
Menurut Anna, penggunaan wearable device tidak ringkas dan sebagian besar harus di-charge sehingga dinilai merepotkan para jemaah. “Concern kita terutama jemaah lansia. Kalau harus dicharge, mereka belum tentu ingat dan ketahanan baterai paling lama sejauh ini lima hari, pasti ada kemungkinan mereka lupa charge,” ucap Anna.
“Untuk chip juga sama, itu butuh waktu yang lama untuk mengembangkannya. Tidak mudah. Jadi, menurut kami yang mudah dan murah itu aplikasi, cukup menginstalnya ke handphone,” ia menambahkan.
Anna mengungkap bahwa peningkatan jumlah jemaah haji di Arab Saudi harus diikuti dengan peningkatan mitigasi guna mencegah terjadinya jemaah hilang atau tersesat. Ia mengaku optimis penggunaan aplikasi “Kawal Haji” dapat meminimalkan kejadian hilangnya jemaah haji. Pasalnya, aplikasi tersebut tidak menuntut penggunanya aktif membuat laporan, melainkan cukup didaftarkan, dan petugas dapat memeriksa keberadaan para jemaah.
“Jemaah kita banyak lansia, banyak yang kesulitan kalau menggunakan aplikasi yang rumit. Tapi kalau ini, setelah terdaftar, petugas bisa langsung memeriksa sendiri keberadaan jemaah tanpa harus jemaah membuat laporan. Jadi benar-benar memudahkan,” bebernya.
Diketahui, fenomena jemaah hilang khususnya saat puncak haji di Armuzna menjadi salah satu catatan pada penyelenggaraan haji tahun lalu. Saat itu ribuan jemaah terlantar saat berada di Muzdalifah dan hendak menuju Mina. Hal tersebut terjadi lantaran jemaah masih menunggu bus jemputan.
Reporter: Muhamad Muttaqin
Editor: Andhika Dinata