Sleman, Gatra.com – Perupa Yogyakarta coba menghadirkan konsep ruang pamer baru dengan memanfaatkan sebuah toko kecil sebagai alternatif atas kejenuhan pada galeri dan ruang luas lainnya. Melalui karya-karyanya yang dipamerkan di toko ini, pelukis Utami Atasia Ishii ingin membawa konsep ruang baru untuk pecinta seni.
Dalam pameran bertajuk ‘Reflection of a Vision’ yang berlangsung mulai 18 Mei sampai 17 Juni, ia ditantang merespons ruang toko milik jenama kacamata lokal, ‘Vherkudara’, berukuran 3x6 meter di Caturtunggal, Depok, Sleman.
“Saya membutuhkan waktu dua bulan untuk menghasilkan ide karya untuk merespons keterbatasan ruang. Menghasilkan karya di media kecil agar tetap bisa dinikmati menjadi tantangan terbesar, karena saya terbiasa melukis di media besar," kata Tami saat pembukaan pameran, Sabtu (18/5) malam.
Hasilnya, di pameran ini Tami menghadirkan 20 lukisan antara lain pada kanvas, cermin rias, dan selebaran yang berukuran dari 30x30 centimeter.
Karena berhubungan dengan produk-produk visual, Tami mengaku fokus menghasilkan karya yang selama satu bulan ke depan akan dinikmati banyak orang. Pasalnya toko ini tetap bukan untuk melayani pelanggan.
“Kondisi ruang pamer inilah yang menjadi pemantik saya dalam menghasilkan karya. Sebab selama ini ruang pamer seni di Yogyakarta terbilang monoton. Kalau tidak di galeri, kampus-kampus, museum, atau ruang-ruang yang lebih luas,” jelas alumni Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta ini.
Bagi pelukis asal Magelang yang pernah terlibat dalam pameran Media Art Global (MAG) 2021 di Australia dengan 10 karya lukisannya tentang sambal ini ruang pamer yang ditawarkan toko Verkhudara menjadi alternatif bagi seniman-seniman yang jenuh menggunakan ruang besar.
Menurutnya, ruang pamer selalu jadi kebutuhan untuk menjembatani komunikasi antara seniman dan audiens sebagai penikmat seni. Sebagai kota lahirnya banyak seniman, ia mempertanyakan sejauh mana kebutuhan ruang pamer di Yogyakarta bagi para seniman muda.
“Di sini ada ruang apresiasi seni baru yang membikin saya semakin semangat menghasilkan karya. Ada keinginan mengeksplorasi ruang-ruang atau toko kecil lainnya. Harapan saya ini akan membawa warna baru,” ujarnya.
Project Officer Vherkudara, Antino Restu Aki, menyatakan keterlibatan Tami dalam proyek ini karena adanya kecocokan dengan Tami yang mendedikasikan hidupnya di bidang seni.
“Kami menghadirkan aktivitas yang sangat erat dengan Vherkudara sebagai produsen kacamata atau produk visual. Tami merupakan seniman muda yang inovatif. Karyanya melalui proyektor yang harus dinikmati dengan mikroskop adalah alasan kami memilihnya,” kata Tino.
Sebagai penyedia ruang pamer, Tino menyatakan pihaknya tidak menuntut Tami menghasilkan satu karya. Tami diberikan keleluasaan dalam berkarya sehingga karya-karya itu bisa dinikmati pengunjung satu bulan ke depan.
Lewat pameran ini, Vherkudara yang hadir sejak 2016 ingin mempresentasikan identitas produknya. Tak hanya memperhatikan elemen dalam hal fungsionalitas dan kualitas untuk menajamkan penglihatan, melainkan juga memberi tempat pada estetika atau keindahan.