Solo, Gatra.com - Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) menargetkan ada 120 startup baru dari program Baparekraf for Startup (Bekup). Apalagi program yang dirintis sejak 2016 ini mulai memberikan pembinaan secara tatap muka setelah tiga tahun menggelar pembinaan secara online.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Yuana Rochma Astuti, dalam Kickoff Bekup 2024 di The Sunan Hotel, Solo, Senin (20/5).
Untuk pengembangan startup, Kemenparekraf menggandeng sejumlah asosiasi inkubasi bisnis. Sejak 2016, program ini menelurkan 300 startup baru.
”Tahun ini kami rencanakan ada sebanyak 120 startup. Kami menjaring dari enam kota yang ada di Indonesia, yaitu Solo, Medan, Makassar, Bogor, Denpasar dan Malang,” katanya.
Tahun ini, program Bekup dapat digelar secara langsung melalui tatap muka dengan para startup. Sebelumnya selama masa pandemi Covid-19, program ini dilakukan secara online.
”Ini adalah pertama dimulainya kickoff bersama inkubator bisnis (IB) dan memakai local house. Jadi kita bisa ngobrol langsung dengan startupnya,” katanya.
Selama program Bekup berjalan, sebanyak 300 startup yang sudah dibina. Jumlah ini setara dengan 60 persen startup yang bertahan.
”Mereka bertahan karena mendapat ekosistem yang tepat. Sebab ekosistem yang bagus ini tidak ada di semua kota, hanya di kota-kota yang ekosistemnya sudah terbentuk,” kata Yuana.
Menurutnya, kota-kota yang memiliki iklim startup yang baik adalah Jakarta dan Bandung. Kota-kota ini telah memiliki infrastruktur yang baik dan mendukung tumbuhnya startup.
”Kalau 40 persen lainnya, kendalanya soal pendanaan. Mereka juga tumbuh di kota yang infrastrukturnya belum terbentuk. Jadi sulit untuk berkembang,” katanya.
Ketua Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia Catur Sugiarto, menambahkan bahwa banyak startup di Indonesia yang rontok karena ketergantungan investor. Alhasil, peran Inkubator Bisnis (IB) besar sekali.
”Teman-teman (startup) yang mendaftar tidak hanya berbasis ide, tapi sudah terseleksi dari IB, baik melalui kampus, pihak pemerintah, dan swasta,” katanya.
Saat ini ada 186 member dari Aceh sampai Papua. Namun ada delapan provinsi yang belum memiliki IB. Saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia memiliki IB dengan berbasis kurikulum yang baik, mapan, terseleksi, dan tervalidasi standar dari asosiasi.
”Harapannya startup yang mendaftar bisa berbasis riset dan teknologi. Dari masyarakat juga bisa, tapi dengan proporsi alumni inkubator bisnis bisa lebih banyak yang mendaftar. Sebab mereka sudah bisa melalui proses inkubasi enam bulan atau bahkan satu tahun,” katanya.
Untuk Kota Solo, banyak inventor dari dosen dan akademisi yang memiliki ide penelitian. Ide ini kemudian dikomersialisasi oleh startup.
”Ini baru dari universitas, dan inkubasi bisnis ini tidak hanya dari universitas. Bisa dari pemerintah, dari swasta juga ada. Semua ini rata-rata sudah punya alumni. Alumni yang terbaik ini sudah punya latar belakang, sehingga tidak ecek-ecek. Kita sudah punya basis data, basis anggota dari alumni kami,” paparnya.