Home Nasional Peringati 26 Tahun Reformasi, Ubedilah: Demokrasi Saat Ini Kian Memburuk

Peringati 26 Tahun Reformasi, Ubedilah: Demokrasi Saat Ini Kian Memburuk

Jakarta, Gatra.com - Aktivis 98, Ubedilah Badrun, menyatakan bahwa demokrasi saat ini kian memburuk, bahkan indeks demokrasi berada pada posisi “a flawed democracy” atau demokrasi yang cacat dengan skor 5,59 pada indeks kebebasan sipil.

“Cacatnya makin parah karena kemudian kekuasaan dengan seluruh instrumennya mempraktekkan kekuasaan yang mengabaikan etika, mengabaikan UU, memanipulasi UU, bahkan kemudian juga memanipulasi UUD 1945,” kata Ubedilah pada acara Peringatan 26 Tahun Reformasi di Jakarta Pusat, Selasa (21/5).

Tidak hanya itu, lanjut Ubedilah, korupsi juga merajalela. “Kami juga dulu bercita-cita agar Bangsa ini setelah 25 tahun lebih itu memasuki episode yang praktek kekuasaan dan pemerintahan menjalankan good governance dan clean government, tetapi hari ini kita melihat bahwa korupsi merajalela,” lanjutnya.

Menurutnya, fakta tersebut sangat empiris, bahkan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) menjadi vulgar dengan skor indeks korupsi hanya 34. “Itu kalau rapor, merahnya merah banget,” kata Ubedilah.

Selain kedua hal tersebut, Ubedilah menyatakan ingin suatu pemerintahan yang menghargai manusia dan menghargai rakyatnya karena faktanya hari ini indeks Hak Asasi Manusia (HAM) skornya hanya 3,2.

“Ini sesuatu yang sangat memprihatinkan sebetulnya. Jadi, dari sisi demokrasi kita memburuk, dari sisi Korupsi, Kolusi, Nepotisme merajalela, dari sisi Hak Asasi Manusia juga memburuk, dan dari sisi ekonomi kita stagnan,” ucapnya.

Dari sisi ekonomi, Ubedilah melihat bahwa angka pertumbuhan ekonomi stagnan di angka 5%, angka kemiskinan bertambah, dan bahkan ada 99,9 juta generasi Z yang pengangguran. Dia juga menyinggung persoalan biaya pendidikan dan harga kebutuhan pokok yang semakin melonjak. “Ini persoalan yang sangat serius,” tuturnya.

Ubedilah menyampaikan jangan lagi kekuasaan membohongi publik, karena kondisi Bangsa saat ini sedang tidak baik-baik saja.

“Oleh karena itu, kami melakukan refleksi yang sangat mendalam bahwa kami yang dulu di jalanan, bukan hanya korban tenaga, pikiran, keringat tapi juga darah dan air mata, kami ingin kumpul kembali bahwa ini ada keliru dalam praktik jalannya pemerintahan,” tutupnya.

33