Jakarta, Gatra.com – Republik Rakyat Tiongkok (China) menggelar latihan militer di sekitar wilayah kedaulatan Republik Tiongkok (Taiwan). Latihan militer tersebut terjadi 3 hari setelah Presiden Republik Tiongkok (Taiwan), Lai Ching-te, dilantik.
China melihat Taiwan sebagai salah satu provinsi yang “memberontak” dan suatu hari akan kembali kepada pangkuan Tiongkok Daratan, sedangkan Pemerintahan Taiwan menilai bahwa mereka adalah pemerintahan yang berdaulat dan sah.
Dilansir dari BBC, Kementerian Pertahanan Taiwan mengecam tindakan yang dilakukan oleh militer China karena itu sebagai “provokasi yang tidak masuk akal”. Di samping itu, militer Taiwan juga mengirimkan angkatan darat, laut, dan udaranya sebagai respons provokasi tersebut
Latihan militer yang diselenggarakan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Republik Rakyat Tiongkok atau China ini berfokus pada area di sekitar Pulau Formosa, seperti Kinmen, Matsu, Wuqiu, dan Dongyin yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kedua negara tersebut.
Menurut laporan France24, Operasi militer PLA Republik Rakyat Tiongkok yang dinamakan operasi Joint Sword-2024A tersebut berfokus pada kesiapan tempur gabungan antara angkatan laut dan udara dengan menguji kesiapan tempur dalam simulasi perang nyata.
Tong Zhen, seorang ahli dari Akademi Ilmu Militer Tiongkok, mengatakan kepada kantor berita Xinhua bahwa latihan militer tersebut menargetkan para pemimpin dan pusat politik kemerdekaan Taiwan.
“Melibatkan simulasi serangan presisi terhadap sasaran utama politik dan militer Taiwan,” ujarnya.
Sementara itu, presenter CCTV-7, saluran berita militer pemerintah China, pada Jumat (24/5), menyampaikan, pasukan militer China telah menyelesaikan operasi "Joint Sword-2024A" tersebut.