Home Kesehatan AstraZeneca dan PrimaKu Dorong Orang tua Lakukan Diagnosis Dini Asma Pada Anak

AstraZeneca dan PrimaKu Dorong Orang tua Lakukan Diagnosis Dini Asma Pada Anak

Jakarta, Gatra.com– AstraZeneca, perusahaan farmasi global menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kesehatan paru-paru. Tahun ini yang menjadi perhatian khusus dari kesehatan pernapasan adalah dengan memberikan fokus kepada deteksi dini asma pada anak usia prasekolah. Salah satunya dengan memperkenalkan situs www.nafaslega.id, di mana orang tua dapat dengan mudah mencari berbagai informasi mengenai gejala dan penanganan asma pada anak dan manfaat untuk mengetahui risiko asma sejak dini.

Asma merupakan salah satu masalah kesehatan global yang signifikan, mempengaruhi individu dari segala usia, dimana  khususnya prevalensi pada anak usia prasekolah patut diperhatikan. Sekitar 80% anak asma mengalami gejala pertama pada usia prasekolah, tetapi sering tidak terdiagnosis sebagai asma . Penelitian telah menunjukkan bahwa diagnosis dini dan manajemen yang proaktif dapat secara signifikan meningkatkan hasil dan kualitas hidup bagi anak-anak dengan asma.

"Kami percaya dengan kekuatan ilmu dalam memberikan inovasi terkemuka bagi kehidupan, terutama dalam bidang kesehatan paru-paru," kata Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/6).

Baca juga: PDPI: Pemerintah Perlu Tingkatkan Edukasi Terkait Asma

Menurut Esra, AstraZeneca bertekad untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang asma sebagai bagian dari dedikasi berkelanjutan untuk memperkuat ekosistem perawatan kesehatan paru-paru di Indonesia dengan memberdayakan orangtua dan penyedia layanan kesehatan untuk mengenali dan mengatasi gejala asma sejak dini.
    
“Kesejahteraan anak menjadi fokus kami dalam menangani asma. Kami berkomitmen untuk memastikan pengelolaan dan pengobatan asma yang efektif, sehingga anak – anak dapat menjalani kehidupan yang berkualitas dan semaksimal mungkin. Hal ini juga termasuk dengan megedukasi orangtua agar mereka dapat membuat keputusan yang terbaik bagi kesehatan anak mereka,” papar Esra.

Dalam memperingati Hari Asma Sedunia 2024, yang tahun ini mengangkat tema Asthma Education Empowers, AstraZeneca Indonesia bermitra dengan PrimaKu, mitra resmi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencoba memberdayakan orangtua melalui acara edukasi yang mengusung tema “Kenali Prediksi Asma Pada Balita” dengan harapan orang tua memahami kapan harus mencari bantuan medis untuk anak-anaknya.

Medical Director AstraZeneca Indonesia, dr. Feddy menjelaskan, deteksi dini memiliki peran penting dalam mengurangi dampak asma, terutama pada anak usia prasekolah. Dengan secara proaktif mengatasi berbagai tantangan yang terkait dengan asma pada kelompok usia ini, orangtua dan penyedia layanan kesehatan dapat mengidentifikasi dan mengelola gejala asma sesegera mungkin.

Baca juga: Polusi Udara Sebabkan Serangan Asma, Puskesmas Jadi Faskes Terdepan Pelayanan Asma Terpadu

Dokter Feddy membagikan bahwa data terbaru dari Survei Kesehatan Indonesia 2023 mengungkapkan bahwa jumlah total penderita asma di Indonesia mencapai 877.531, dengan jumlah tertinggi di Jawa Barat (156.977), Jawa Timur (130.683), dan Jawa Tengah (118.184).  "Survei Kesehatan 2023 menunjukkan bahwa proporsi kekambuhan asma dalam 12 bulan terakhir menurut kelompok usia tetap tinggi, dengan anak di bawah 1 tahun memiliki tingkat kekambuhan sebesar 53,5%, mereka yang berusia 1-4 tahun memiliki tingkat yang lebih tinggi sebesar 66%, dan mereka yang berusia 5-14 tahun menghadapi risiko kekambuhan sebesar 59,8%2," jelas dr. Feddy.

Ketua UK Respirologi IDAI DKI Jakarta, Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A (K) menambahkan, orangtua yang khawatir bahwa anak balita mereka mungkin menderita asma dapat menggunakan salah satu alat prediksi asma pada tahap awal, seperti alat skor PARS, untuk membantu menentukan apakah anak tersebut memiliki risiko asma yang rendah, sedang, atau tinggi nantinya."

Menurut dr. Madeleine, selain riwayat medis dan pemeriksaan fisis dalam mendiagnosis asma pada anak, terdapat juga pemeriksaan pendukung yang dapat dilakukan, salah satunya adalah alat prediksi Pediatric Asthma Risk Score (PARS).  Penelitian telah menunjukkan bahwa PARS dianggap sebagai alat prediksi sederhana, efektif, dan personal untuk memperkirakan risiko asma pada anak. 

"PARS berfungsi sebagai alat untuk membantu dokter mengidentifikasi kemungkinan balita terdiagnosis asma saat usia lebih besar. Ini menjadi dasar untuk pengobatan yang diperlukan. Ini juga berfungsi sebagai langkah pencegahan untuk menghindari serangan atau kekambuhan asma yang dapat dicegah, yang meliputi menghindari alergen atau pemicu dan  memastikan kontrol asma," tambah dr. Madeleine.

Baca juga: Polusi Udara Ancam Asma Kambuh, Peran Puskesmas Perlu Ditingkatkan

Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia, Hoerry Satrio mengatakan, Astra Zeneca berkomitmen untuk turut meningkatkan kesadaran tentang tanda dan gejala asma pada anak prasekolah. "Untuk membantu orangtua, kami meluncurkan serangkaian inisiatif edukatif mencakup kampanye yang berisi informasi-informasi yang dapat ditemukan secara online dan kolaborasi dengan ahli kesehatan untuk memfasilitasi deteksi dan intervensi dini," katanya. 

Konsernya, lanjut dia, dngan fokus pada deteksi dini. "Kami bertujuan untuk mendorong pendekatan proaktif dalam mengelola asma pada anak prasekolah, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan hasil kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik," jelas Hoerry.

Zaskia Adya Mecca yang turut hadir pada talkshow juga berbagi pengalamannya. "Sebagai orang tua, tentunya kesehatan anak adalah prioritas utama kita. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua harus secara proaktif bertanya kepada dokter anak untuk melakukan screening awal melalui sebuah tes risiko asma dan alergi untuk mengetahui tingkat risiko asma yang dimiliki anak kita," ungkapnya.

Pemahaman yang baik akan asma menjadi hal penting. "Dengan pemahaman yang baik tentang penyakit asma dan kondisi anak, kita dapat juga mengajarkan buah hati kita untuk bisa menjaga dirinya sendiri sehingga mereka dapat menghindari faktor – faktor pemicu serta tanda-tanda serangan asma dan tahu kapan memerlukan bantuan dan intervensi medis. Sebagai orang tua kita adalah garda terdepan menangani asma pada anak-anak kita," pungkas Zaskia.

54