Jakarta, Gatra.com – Komunitas sosial non-profit Rangkul Tangan memberikan pembelajaran nonformal bagi anak-anak dari kelurga tidak mampu dan kurang mempunyai akses terhadap pendidikan di wilayah Jabodetabek.
Ketua Komunitas Rangkul Tangan, Malika, di Jakarta, Selasa (11/6), menyampaikan, pihanya memulai project perdana dengan memberikan pengajaran kepada adik-adik di Kampung Pemulung Cahaya, Menteng Atas, Jakarta Selatan (Jaksel).
Ia menjelaskan, debut kegiatan pihaknya bertajuk “Aku Anak Indonesia, Aku Cinta Pancasila” dalam rangka memperingati Hari Lahirnya Pancasila.
Kegiatan tersebut didukung sebanyak 25 orang relawan yang turut berpartisipasi dalam melakukan gerakan kebaikan dengan memberikan pembelajaran nonformal serta penanaman moral kepada adik-adik kampung pemulung berusia 5-10 tahun.
Ia menjelaskan, Rangkul Tangan berfokus kepada pengembangan pendidikan non-formal secara gratis kepada anak-anak di wilayah Jabodetabek yang memiliki keterbatasan terhadap akses pendidikan.
“Saya berharap Rangkul Tangan dapat berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia dengan sistem belajar yang menyenangkan,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Malika, Rangkul Tangan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi orang-orang yang ingin melakukan gerakan kebaikan guna memajukan mutu pendidikan di Tanah Air.
“Siapapun dapat ikut serta menjadi relawan kebaikan di Rangkul Tangan,” kata Malika.
Adapun pengajaran yang diterapkan Rangkul Tangan, lanjut dia, berbasis fun-learning. Ini agar pembelajaran yang diberikan dapat diserap lebih optimal oleh adik-adik di Kampung Pemulung Cahaya.
Rangkul Tangan bersama para relawan melakukan berbagai permainan yang bersifat edukatif di antaranya Puzzle Pancasila yang berguna untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Selanjutnya, permainan Tepuk Pundak Lambang Pancasila. Dalam permainan ini, anak-anak akan menentukan lambang Pancasila sesuai dengan jumlah tepukan yang diterima. Ini berguna untuk membangun kerja sama tim yang baik.
“Terdapat juga games Sambung Bunyi Pancasila. Gim ini untuk membantu mengasah daya ingat anak terhadap isi dari sila Pancasila,” ujarnya.
Kegiatan ditutup dengan melakukan art session dengan membuat batik dari kain putih. Menurut Malika, sesi ini menjadi kegiatan favorit para adik-adik Kampung Pemulung Cahaya.
Anak-anak bebas berkreasi dengan mencelupkan kain putih ke dalam pewarna makanan/tekstil sehingga dapat membentuk sebuah pola yang menyerupai motif batik.
“Aktifvas ini bermanfaat untuk meningkatkan kreativitas serta mengembangkan kemampuan motorik pada anak,” kata Malika.