Jakarta, Gatra.com - Pakar ekonomi, Prof. Dr Didik J Rahbini mengingatkan perlunya pemerintahan selanjutnya mendorog sektor industri untuk bisa tumbuh lebih tinggi sehingga bisa menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Rektor Universitas Paramadina itu, Kementerian perindustrian memegang peranan sentral pada masa pemerintahan mendatang dan menentukan apakah pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6 persen atau lebih.
Ia berpendapat, selama ini, kegagalan mendorong ekonomi tumbuh di atas 6 persen karena sektor industri tumbuh rendah dan bergerak sangat lambat. “Ini terjadi karena absen dan kekosongan kebijakan industri dan kementrian Perindustrian yang dorman,” ungkapnya seperti dari siaran pers nya yang diterima Gatra.com Selasa, (18/6).
Menurut Guru Besar Ilmu Ekonomi dan peneliti Indef ini, kementrian perindustrian berperan sangat terbatas dengan kebijakan yang lemah dan tidak bernilai signifikan untuk memajukan sektor industri.
“Secara terus-menerus sektor ini tumbuh di bawah 5 persen sehingga tidak punya daya dorong dan tidak mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi tinggi,” ujarnya.
Bahkan sektor ini justru berhenti dengan pertumbuhan hanya 3-4 persen saja, yang menandakan absennya kebijakan industri. “Industri dimatikan karena kebijakan yang surut dan tidak memberikan kesempatan, ruang dan dorongan bagi industri nasional,” tambahnya.
Jika kebijakan industri terus terjadi seperti selama 1-2 dekade terakhir ini, kata Didik, maka niat Prabowo untuk memajukan ekonomi yang tumbuh tinggi tidak akan bisa tercapai. Yang terjadi mungkin bahkan sebaliknya dimana pertumbuhan ekonomi akan selalu di bawah 5% karena terseret pertumbuhan industri yang sangat rendah.
Kondisi sektor Indonesia selama ini sangat tertinggal bila dibandingkan dengan yang ada di Vietnam dan India. Dan India seta Vietnam berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi juga karena berhasil mendorong industri sebagai lokomotif pertumbuhannya.
Sektor industri di India tumbuh dua digit sehingga menarik ekonomi bertumbuh sampai 7 persen. Sebaliknya dua dekade terakhir ini, sektor industri Indonesia hanya tumbuh di bawah 5 persen, sehingga mustahil bisa menarik pertumbuhan ekonomi sampai di atas 6 persen.
Didik menilai, kegagalan Indonesia selama dua dekade ini dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi adalah karena gagal menempatkan sektor industri sebagai lokomotif pertumbuhan dan sekaligus karena kementrian perindustrian mandeg dan mandul dalam menjalankan kebijakan industrinya.
“Faktor kritis dalam pertumbuhan ekonomi di masa pemerintahan Prabowo nanti terletak di kementrian ini,” ujar Didik.
Saat ini, ekonomi Indonesia mengalami stagnasi pertumbuhan 5 persen atau di bawahnya, karena bertumpu pada konsumsi dan sektor jasa, yang bercampur dengan sektor informal.
Dengan sektor jasa yang tidak modern dan hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga, maka ekonomi kehilangan lokomotifnya, yang pada gilirannya ekonomi bertumbuh rendah atau moderat saja.
Janji kampanye Prabowo pertumbuhan ekonomi akan dipacu sampai 8 persen, merupakan target yang hampir mustahil mrngingat kebijakan yang dilakukan pada saat ini dan kementerian yang tidak berbuat banyak untuk menggubah keadaan.
Jika ingin berbeda dari pemerintahan sebelumnya, maka kata Didik, kunci sukses terletak pada keberhasilan membenahi kementrian industri dan kebijakan industrinya. “Tanpa itu, Indonesia akan menjadi underdog di ASEAN,” tegasnya.