Home Regional Launching SMK As Syarif Mitra Industri, Menaker Harapkan Dapat Atasi Permasalahan Mismatch

Launching SMK As Syarif Mitra Industri, Menaker Harapkan Dapat Atasi Permasalahan Mismatch

Kabupaten Mojokerto, Gatra.com – Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah menyatakan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia menurut survei Badan Pusat Statistik Februari 2024 berada di angka 4.8 persen. Ia menjelaskan bahwa itu merupakan angka pengangguran terendah sejak reformasi 1998. Hal itu ia sampaikan saat soft launching Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) As Syarif Mitra Industri di Brangkal, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto pada Sabtu (22/06) lalu.

“Ini suatu yang patut kita syukuri luar biasa alhamdulillah dengan segala tekanan ekonomi global, alhamdulillah kita bisa bertahan di saat negara-negara di dunia ini sedang mengalami persoalan ekonomi yang tidak mudah, alhamdulillah kita mampu melewatinya,” terang Menteri Ida.

Ia mengaku sempat syok karena pada masa awal-awal menjabat sebagai menteri mendapati tingkat pengangguran berada pada angka 7 persen.

“Kita pernah syok dengan angka pengangguran kita, 2020 pengangguran kita 7 persen. Itu syok, baru pertama kali jadi menteri tingkat pengangguran tinggi di 7 persen dan alhamdulillah pada saya jadi menteri ini mampu menurunkan pengangguran terendah sejak reformasi. Jadi itu suatu anugerah yang luar biasa,” urainya.

Menteri Ida Fauziyah menyebut bahwa meski tingkat pengangguran telah menurun, tetapi pihaknya tidak puas sampai di situ saja. Hal tersebut lantaran jika dijabarkan angka tingkat pengangguran 4.8 persen tersebut masih berada pada 7.2 juta warga.

“Jadi meskipun kita mensyukuri nikmat allah berupa TPT yang rendah tapi kita tidak puas kita ingin terus turunkan pengangguran kita sampai pada angka pengangguran itu terjadi karena alamiah. Dan pengangguran yang terjadi karena alamiah itu sekitar 4 persen seperti sakit tidak bisa bekerja, dengan berbagai sebab alamiah yang lain,” terangnya.

“Kalau kita sekarang itu di angka 4.8 itu sebenarnya kita mendekati tingkat pengangguran yang alamiah. Jadi ini sesuatu yang harus terus kita syukuri. Dengan syukur kita terus melakukan upaya-upaya menekan angka pengangguran terbuka kita,” sambung Menteri Ida.

Salah satu penyebab masih tingginya tingkat pengangguran yang dijelaskan oleh Menteri Tenaga Kerja adalah terjadinya fenomena ketidaksesuaian antara dunia pendidikan dan vokasi dengan kebutuhan dunia kerja. Ia menyebutkan bahwa hal itulah yang menjadikan tingkat pengangguran tinggi berasal dari golongan lulusan SMK dan SMA.

“Terjadi ketidaknyambungan antara output dunia pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. Apakah lapangan pekerjaan tidak tersedia, tidak juga. karena lapangan kerja itu bisa tercipta dari dalam dan luar negeri,” terangnya.

Ia juga menyebut bahwa kesempatan bekerja di luar negeri juga sangat terbuka lebar. Menurunya, pada 2023 lalu penempatan pekerja luar negeri sebesar 270.000. Hal tersebut menurutnya sumbangsih penempatan luar negeri cukup tinggi. Salah satu penyebab tingginya angka penempatan luar negeri tersebut adalah karena banyak negara-negara di luar yang sedang mengalami aging population dan kurangnya penduduk usia produktif. Di lain sisi, demografi Indonesia saat ini menunjukkan limpahan penduduk usia produktif bekerja.

“Di saat kita sedang banyak sekali mendapatkan limpahan penduduk usia produktif ada banyak negara yang sedang mengalami aging population. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, negara-negara Eropa, sedang mengalami aging population. Kita sedang melimpah penduduk usia produktif tapi di sisi yang lain banyak sekali negara yang sedang mengalami aging population yang sedang membutuhkan tenaga kerja. Artinya paasar kerja itu tidak hanya ada di dalam negeri, tapi juga ada di luar negeri,” terangnya.

Ia menekankan kepada para hadirin soft launching SMK As Syarif yang merupakan kepala sekolah di Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto bahwa sangat penting untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

“Lapangan kerja itu telah tersedia, persoalannya adalah mampukah lulusan atau output dari pendidikan vokasi menjawab kebutuhan pasar kerja. Kalau dilihat dari data, SMK SMA itu menyumbangkan tingkat pengangguran kita, 18 persen lulusan SMA dan SMK kita itu menyumbangkan tingkat pengangguran terbuka. Artinya bukanlah lapangan pekerjaan yang tidak tersedia, yang tidak tersedia adalah tenaga kerja yang skill dan kompetensinya sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Jadi problemnya itu adalah link and match yang belum selesai,” terangnya.

Di akhir, Ida menyebutkan bahwa pihaknya menyambut baik keinginan dari Yayasan As Syarif untuk membuka diri bersama-sama menangkap peluang untuk mengatasi permasalahan link and match antara dunia usaha dunia industri dengan pendidikan dan vokasi.

“Saya sangat senang SMK As Syarif Mitra Industri ini bersiap untuk maju bersama dengan SMK SMK yang ada. Dan saya salut atas keinginan kuat dari SMK As Syarif ini untuk berkolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri di Jawa Timur khususnya di Mojokerto, yang saya juga menyambut baik adalah keinginan untuk berkolaborasi dengan SMK SMA yang ada di sini,” pungkas Ida Fauziyah.

23