Home Gaya Hidup Garudafood Inisiasi Biokonversi Maggot Untuk Pengelolaan Sampah Organik

Garudafood Inisiasi Biokonversi Maggot Untuk Pengelolaan Sampah Organik

Jakarta, Gatra.com - Upaya menumbuhkan gaya hidup berkelanjutan dalam masyarakat terus dilakukan. Salah satunya upaya dilakukan oleh PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) dengan menggandeng PT Biomagg SinergiInternasional (Biomagg).

Kerja sama keduanya dilakukan untuk merangkul masyarakat di Kelurahan Jatijajar, Kota Depok, Jawa Barat untuk menerapkan gaya hidupberkelanjutan melalui pengelolaan sampah organik rumah tangga dengan metode biokonversi maggot BSF. 

Program ini telah berjalan selama 4 bulan dengan melibatjan lebuh dari 60 warga serta mendapat dukungan dari Lurah Jatijajar, Mujahidin yang juga turut meresmikan kick off program pada Februari 2024.

Hingga Juni 2024 “Program Pengelolaan Limbah Organik Rumah Tangga melalui Metode Biokonversi Maggot BSF” ini berhasil mengolah lebih dari 7,9-ton sampah organikrumah tangga serta menghasilkan 787 kilogram maggot. Angka tersebut setara dengan reduksi emisi gas rumah kaca sebanyak 28,84-ton karbon dioksida ekuivalen. 

“Program Pengelolaan Limbah Organik Rumah Tangga melalui Metode Biokonversi Maggot BSF yang diusung ini merupakan upaya kolektif untuk menjawab isu penanganan sampah khususnya sampah rumah tangga dan juga sebagai pendorong ekonomi berkelanjutan di lingkungan warga Jatijajar,” ungka Head of Corporate Communication & External Relations Garudafood, Dian Astriana, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (28/9).

Sebagai penggagas program ini, Garudafood memberikan dukungan berupa unit Biobox sebagai media budi daya maggot, bibit maggot, dan pendampingan intensif selama empat bulan hingga warga menjadi lebih mandiri untuk menjalankan budi daya maggot.

Mengutip data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok pada tahun 2023, setidaknya 900 hingga 1,000-ton sampah dikirim ke TPA Cipayung, Kota Depok setiap harinya. Mayoritas sampah terbesar berasal dari sampah rumahtangga yang didominasi oleh jenis sampah organik atau sisa makanan.  

Maggot merupakan larva lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF). Ukurannya biasanya antara 0,3 cm sampai 1,5 cm. Maggot atau larva BSF tidak menularkan patogen ke manusia serta diketahui memiliki nafsu makan yang tinggi sehingga dapat makan dua kali lebih banyak dari berat badannya per hari. 

Hal ini membuat budi daya maggot menjadi solusi yang efektif untuk mengurai sampah organik rumah tangga sekaligus bernilai ekonomis. Berdasarkan penelitian, Maggot mampu mengurai sampah organik dalam waktu dua minggu hingga 20 hari. Dari sisi ekonomi, hasil budi daya maggot dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak, pupuk kasgot untuk perkebunan, lilin aromaterapi (berbahan dasar minyak maggot), dan maggot kering untuk pakan ikan hias.

“Inisiasi program ini menjadi harapan baru bagi masyarakat untuk lebih peduli menjaga lingkungan dan menambah pendapatan keluarga. Program ini layak untuk diduplikasi dan ditiru oleh semua pihak,” ujar CEO Biomagg, Aminudi.

Siti Aisyah, salah satu peserta program budi daya maggot yang juga selaku ketua RT setempat mengapresiasi program budi daya maggot yang baru pertama kali ada di lingkungannya. Ia mengaku sangat terbantu dengan adanya pelatihan dan dukungan teknis dari Biomagg dan Garudafood yang ternyata sangat praktis dilakukan dari rumah. 

“Saya mengapresiasi program budi daya maggot binaan Garudafood ini sehingga kini budi daya maggot semakin populer di kalangan masyarakat dan kami pun telah merasakan sendiri manfaatnya baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi,” tutur dia.

21