Home Ekonomi Potensi Ekonomi Tinggi, Hilirisasi Hasil Riset Sawit Diakselerasi

Potensi Ekonomi Tinggi, Hilirisasi Hasil Riset Sawit Diakselerasi

Jakarta, Gatra.com - Asosiasi Inventor Indonesia (AII) kembali digandeng oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) guna melakukan valuasi dan hilirisasi hasil riset program Grant Riset Sawit (GRS) 2021-2023.

Kerja sama keduanya ditujukan untuk melakukan valuasi dan komersialisasi Teknologi Hasil Riset Kelapa Sawit yang dibiayai oleh BPDPKS sudah dilakukan sejak periode tahun 2021-2022, dilanjutkan dengan kerja sama tahap 2 periode tahun 2022-2023.

Dari sebanyak 24 invensi yang divaluasi tahun ini, ada 16 invensi yang dinyatakan lolos, karena memiliki kesiapan teknologi dan bernilai ekonomi tinggi.

“Kami akan memperkuat kemampuan inventor dalam berinvensi. Hasil invensi yang lolos ini, akan kami kawal hingga mendapatkan industri yang potensial," ujar Ketua Umum AII, Didiek Hadjar Goenadi dalam keterangan tertulis, Rabu (3/7).

Dijelaskan Didiek, 16 invensi yang lolos seleksi akan dipresentasikan ke industri pada Agustus mendatang. Dengan begitu, ia pun berharap hasil invensi dapat menghasilkan kesepakatan untuk hilirisasi. Karena pada dasarnya, proses hilirisasi tak semudah membalikkan tangan.

“Prosesnya panjang dan memerlukan komitmen bersama untuk pengembangan produk hingga siap dijual," kata dia.

Meski potensi ekonomi terlihat, lanjut Prof Didiek, industri tidak otomatis tertarik hingga diperoleh kepastian produk tersebut bernilai jual tinggi. Dalam pengalaman AII dalam melakukan valuasi hasil invensi pada GRS periode I (2015-2019) dan periode II (2019-2021). Dari total 14 invensi yang layak untuk hilirisasi, baru 9 invensi yang dilirik industri.

Senada, Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim pun mengatakan, mendukung dilakukan riset, karena hal itu menjadi pondasi industri kelapa sawit di masa depan.

Apalagi, Zaid pun memandang sawit merupakan komoditas nasional yang membutuhkan penelitian dan pengembangan. Ekspor CPO dan produk-produk turunannya mencapai 21,4 miliar dollar atau rata-rata 14,19 persen per tahun dari total ekspor non migas.

Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia menargetkan produksi lebih dari 50 juta ton minyak sawit pada 2025. Hal itu memberi lebih banyak pasokan untuk industri makanan, termasuk minyak goreng dan makanan berbasis minyak sawit, selain kebutuhan biodiesel untuk domestik dan ekspor.

"Oleh karena itu, kami mengalokasikan dana besar untuk penguatan riset yang dimanfaatkan demi mendukung pengembangan industri sawit yang berkelanjutan," ujarnya.

Menurutnya melalui GRS, pihaknya mendanai 346 perjanjian kerja sama riset termasuk ke perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang melibatkan 122 orang peneliti. Disamping dengan peneliti, pihaknya menggelar lomba riset tingkat mahasiswa yang dilakukan secara berkala.

Dia menyebutkan, hingga saat ini ada 243 publikasi ilmiah yang sudah didaftarkan dan delapan buku yang sudah dicetak. Output ini yang nantinya pihaknya kaan integrasikan dengan BRIN sehingga bisa diakses oleh umum.

“Kami harap publikasi ilmiah meningkat untuk diseminasi penelitian dan pengembangan sawit," ujarnya

90