Jakarta, Gatra.com - Festival Kurikulum Merdeka (FKM) menjadi sebuah ajang saling menginspirasi dari keberlanjutan gerakan Merdeka Belajar. Diharapkan lewat kegiatan ini ruang berbgai akan praktik baik kebijakan mampu dihadirkan satuan pendidik, tenaga pendidik, masyarakat, hingga pemerintah pusat dan daerah.
(Plt.) Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus selaku Ketua Panitia FKM 2024, Aswin Wihdiyanto mengatakan, estival ini bertujuan untuk mendorong amplifikasi praktik baik dalam Kurikulum Merdeka. Dengan menyoroti pencapaian-pencapaian peserta didik dan pendidik, serta dampak positif yang dirasakan oleh orang tua, festival ini ingin menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.
“Lebih jauh, Festival Kurikulum Merdeka berfungsi sebagai ajang untuk mempererat kolaborasi antara semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan,” ujar Aswin dalam dalam sambutan pembukaan sekaligus meluncurkan pameran digital FKM di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (5/7).
Menurut Aswin, kegiatan praktik baik bisa menjadi jalan untuk menginspirasi. Dikatakan Aswin, dengan adanya interaksi dan kesempatan untuk berbagi pengalaman antara peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua.
Melalui acara ini, diharapkan dapat tercipta sinergi yang kuat dalam mendukung proses pembelajaran yang lebih inovatif dan efektif.
“Festival ini juga merupakan bentuk apresiasi terhadap dedikasi dan kerja keras semua pihak yang terlibat dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, yang pada akhirnya berkontribusi pada terciptanya ekosistem pendidikan yang lebih baik dan berkelanjutan,” papar dia.
Dalam kegiatan ini, dipotret juga berbagi pengalaman, wawasan, dan inspirasi terkait implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) serta refleksi pembelajaran di tahun ajaran 2023/2024.
Salah satunya dari, Stefanus Padeng dari SDI Pelibaler, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Stefanus merupakan peserta terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka dari Kategori Pendidik dan Tenaga Kependidikan (guru). Ia mengatakan, kehadiran kurikulum merdeka mendorong guru untuk melakukan pembelajaran terdiferensiasi.
“Karena sejatinya guru harus melayani murid sesuai dengan kebutuhannya,” ujar Stefanus.
Selain stefanus, ada juga Udzma Naziihati Mahfudzah yang akrab dipanggil Naziiha dari SMAN 1 Kelumpanghilir, Kalimantan Selatan. Udzma adalah peserta terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka dari kategori Peserta Didik. Dari pengalamannya tentang kurikulum merdeka, peserta didik didorong untuk aktif dalam pembelajaran. Awalnya malu bila harus bicara di depan kelas.
“Dengan Kurikulum Merdeka, saya menjadi semakin terbiasa dan kepercayaan diri meningkat karena tugas presentasi membuat kemampuan public speaking saya bertambah baik,” ujar Udzma.