Jakarta, Gatra.com – dr. Suprohaita Budiyarso, SpA(K), MKM., mengatakan, masih tingginya angka kematian bayi akibat penyakit jantung bawaan menjadi persoalan serius yang harus dicarikan solusinya.
Guna menjawab persoalan tersebut, kata dr. Ita di Jakarta, Selasa, (9/7), pihaknya melakukan penelitian. Penelitian ini juga merupakan disertasi berjudul “Model System Skoring Untuk Memprediksi Risiko Kematian Bayi Dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSAB Harapan Kita, Jakarta”.
Ia menjelaskan, disertasi ini untuk meraih gelar doktor pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Depok, Jawa Barat (Jabar), yang disampaikan pada sidang terbuka pada Senin, (8/7).
Dalam sidang terbuka tersebut, dr. Ita menyampaikan laporan WHO bahwa 7% angka kematian bayi (AKB) akibat defek kongenital. Kematian pada bayi lahir akibat penyakit jantung bawaan (PJB) menyumbanag 25%-nya.
Hasilnya penelitian Dokter Konsultan Jantung Anak di RSAB Harapan Kita Jakarta ini, antara lain menyimpulkan, metode sistem skoring pertama berdasarkan permodelan dengan determinan bayi dan Ibu dapat digunakan untuk memprediksi mortalitas bayi dengan penyakit jantung bawaan dengan akurasi prognostik yang baik berdasarkan kurva ROC sistem skoring yang mendapatkan nilai AUC 0,745 (95%CI 0,668-0,812) dengan nilai p<0,001.
“Penelitian ini didapatkan uji sensivitas dan spesifikasi sistem skoring dan angka skoring >67 dengan sensifitas 72,15% dan spesifikasi 63,01%,” katanya.
Metode penelitian dengan studi observasional kohort netrospektif yaitu mengevaluasi outcome kesintasan atau kelangsungan hidup (survival rate) bayi dengan PJB di RSAB Harapan Kita dalam pengamatan selama 1 tahun.
“Ini model skoring pertama mengikuti bayi lahir hidup dengan PJB diobservasi apakah hidup atau meninggal,” kata dr. Ita.
Lebih lanjut ia menyampaikan, diagnosis yang dapat dilakukan menggunakan model ini adalah berat lahir, usia gestasi, skor apgar mengukur kebugaran berapa, ada sesak napas, sampai usia 1 tahun.
Faktor yang memengaruhi kematian inilah yang dikumpulkan dan secara statistik dianalis univariat, bervariat, dan multivariat sampai didapat faktor determinan penyebab utama kematiana.
“Faktor-faktor deteminan inilah yang dibuat skoringnya dari yang minim sampai tertinggi atau hazard ratio,” kata dr. Ita.
Skoring yang berupa rumus persamaan garis inilah nantinya bisa diterapkan pada layanan bayi lahir. Determinan utama seperti klasifikasi kritis atau penyakit jantung bawaan kritis yang mematikan pada usia 1-7 hari kelahiran, dengan analisis berulang tetap tertinggi penyebab kematian, lainnya seperti klasifikasi syndrom, dan berat lahir di bawah 1500 gr.
Bayi yang masuk risiko tinggi maka harus segera dilakukan tindakan, seperti misalnya tindakan pada pembuluh darah di-stenting atau jika menyempit dengan tindakan baloon dan lain -lain.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Rizky Andriansyah SpA(K), MKed., yang hadir dalam promosi doktor tersebut menyebutkan, rekomendasi disertasi dr. Ita membantu memberi jawaban untuk penanganan penyakit jantung bawaan bayi bisa langsung selesai.
“Tidak bisa ada 12 ribu bayi dengan kelainan kongenital dan hanya 6 ribu yang tertangani lalu langsung solusinya dokter asing,” kata Rizky.
Ia menilai, ini membantu diagnostik, dalam sistem rujukan berjenjang menghadapi jumlah dokter jantung anak yang hanya ada di 16 provinsi.
Angka pasti jumlah bayi dengan kongenital disease masih merupakan prediksi karena belum adanya national bird registery karena standar peralatan rumah sakit di daerah tidak sama dengan di kota besar.
Minimal dengan sistem skoring ini bisa membantu bidan, dokter umum, dan dokter anak dalam mempercepat diagnostik penyakit jantung bawaan masuk kategori apa dan tindakan cepat apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa bayi-bayi Indonesia.
Kajian dr. Ita ini menyarankan untuk pengembangan keilmuan maka harus dilakukan penelitian lebih lanjut dengan skala sampel yang lebih besar atau penelitian multisener. Sedangkan bagi praktisi kesehatan penelitian ini bisa dijadikan rujukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan bayi dengan PJB.
“Hasil penelitian ini untuk perbaikan sistem pendataan bayi dengan PJB yang lahir hidup sejak bayi lahir higga pemantauan jangka panjang,” kata dia.
Menurut dr. Ita, adanya manajemen data ini akan memudahkan penelitian lanjutan dan modifikasi sistem skoring sebagai penyempurnaan sistem skoring yang telah dibuat.
Hadir dalam sidang terbuka di FKM UI, antara lain Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Muzani; Stafsus Presiden, Juri Ardiantoro; Komisoner KPPU, Budi Joyo Santoso; Sekretaris Badan Strategi Kebijakan Hukum dan HAM, Kemenkumham, Dr. Natanegara; serta para kolega dokter dan undangan lainnya.