Cantanhede, Gatra.com - Setelah memukau masyarakat Portugal selama delapan hari berturut-turut dengan lantunan musik angklung, Tim Muhibah Angklung asal Bandung, Jawa Barat, kembali menciptakan gebrakan baru pada Gala Performance di puncak acara Festival Internasional Cantanhede, Portugal, pada Sabtu (13/7) lalu. Dalam momen ini, Indonesia yang diwakili oleh Tim Muhibah Angklung menjadi satu-satunya tim yang diminta untuk membuka acara Gala Performance. Mereka membawakan lagu ikonik We Are The World untuk mengiringi upacara pembukaan, bersamaan dengan itu, sebanyak 11 perwakilan negara lainnya naik ke panggung.
Penampilan angklung yang harmonis dan penuh emosi tersebut memukau ribuan penonton yang hadir. Lampu-lampu kecil dan lambaian tangan dari penonton berhasil menghangatkan serta menerangkan pusat kota Cantanhede pada saat itu. Bahkan banyak dari penonton yang sampai menitikkan air mata. Lagu We Are The World yang dibawakan dengan penuh semangat tersebut menjadi simbol persatuan, kebersamaan, kepedulian, persahabatan, dan perdamaian di tengah keragaman budaya yang hadir di festival.
“Ini adalah satu-satunya event dimana semua negara bisa tampil dalam satu panggung. Ada yang spesial sebenarnya tadi tim Indonesia diminta untuk membawakan musik untuk pembukaan gala,” ucap Ketua Tim Muhibah Angklung, Maulana M. Syuhada dalam siaran pers yang diterima Gatra.com, Senin (15/7).
“Biasanya musik untuk pembukaan gala itu berasal dari festival, tapi untuk tahun ini ada permintaan khusus dari presiden festival. Mereka benar-benar cinta mati sama Indonesia, mereka lihat penampilan Indonesia spektakuler dan banyak mendapatkan standing applause. Dan yang lebih pentingnya lagi, pembukaan gala ini dihadiri oleh Presiden CIOFF Portugal, Boaventura Rodrigues", ujar Maulana.
FOLK Cantanhede - Semana Internacional de Folclore merupakan salah satu festival budaya terbesar di Portugal yang dihadiri oleh ribuan pengunjung setiap tahunnya. Kehadiran Tim Muhibah Angklung Indonesia di festival ini tidak hanya memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia, tetapi juga mempererat hubungan antarbangsa melalui musik dan seni.
“Portugal yang tadinya belum tersentuh dengan angklung sekarang sangat cinta sama angklung, sampai standing applause di mana-mana, bahkan orang-orang berdatangan begitu mendengar angklung. Mereka bilang musik angklung ini mind blowing (mencengangkan)!. Jadi harapannya ini adalah salah satu bentuk kongkrit kita untuk terus menjaga angklung bahkan menduniakan angklung. Mudah-mudahan perjalanan kali ini bisa membuat nama Indonesia semakin mendunia,” lanjut Maulana.
Puncak acara festival ini dihadiri oleh Kedutaan Besar RI (KBRI) Lisabon yang diwakili oleh Nilton Amaral, Pejabat Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Lisabon, setelah sebelumnya dikunjungi juga oleh Duta Besar RI untuk Portulgal Rudi Alfonso. KBRI datang untuk menyampaikan dukungan dan apresiasi kepada Tim Muhibah Angklung.
“Ini merupakan sebuah kesempatan berharga bagi KBRI Lisabon untuk menyambut Tim Muhibah Angklung yang mengikuti festival internasional di Cantanhede. Ketika tadi Indonesia dipercaya untuk membuka acara gala, ini merupakan suatu hal yang luar biasa dan membanggakan!” ucap Nilton.
“Menurut masyarakat di sini, Indonesia memiliki keunikan tersendiri, bukan hanya dari culture tapi juga dari musik angklung yang dikombinasikan dengan lagu-lagu internasional. Ini jelas mendapatkan apresiasi yang tinggi dari panitia, sampai mereka memercayai kita untuk menampilkan lagu 'We Are The World' sebagai pembuka,” tambahnya.
Nilton mengatakan, ke depannya angklung harus lebih sering muncul di festival-festival internasional lainnya, karena terbukti selalu berhasil memenangkan hati penonton. Bahkan Direktur Folk Cantanhede Festival pun menyatakan mengapresiasi musik dan sopan santun dari Tim Muhibah Angklung.
“Saya mengetahui negara Indonesia, tahun lalu kami juga mendapatkan peserta dari Indonesia. Namun, saya tidak tahu tentang instrumen angklung sebelumnya. Dari skor 1-10 saya merasa bahwa penampilan Tim Muhibah Angklung berada di angka 11. Menurut saya mereka bermain dengan baik, dan juga karena angklung adalah instrumen yang sulit dimainkan. Tiga kata yang mendeskripsikan penampilan Tim Muhibah Angklung adalah beautiful, all perfect, dan emotional,” ungkap Paulo Marques, Direktur Folk Cantanhede.
Sebelumnya, Tim Muhibah Angklung juga telah melakukan misi kebudayaan ke berbagai negara di beberapa benua, yaitu Eropa (2016) meliputi Aberdeen, London (Inggris), Paris (Prancis), Westerlo (Belgia), Hamburg (Jerman), Cerveny Kostelec (Ceko), dan Zakopane (Polandia); Australia (2018) meliputi Melbourne, Canberra, Brisbane, dan Sydney; Eropa (2018) meliputi Berlin (Jerman), Budapest (Hongaria), Istanbul, Aksehir (Turki), Sozopol (Bulgaria), dan Vevey (Swiss); serta Amerika Serikat (2022) meliputi New York, Washington, Chicago, Manitowoc, Boise, Burley, Springville, dan San Fransisco.
Pada kesempatan berikutnya, Tim Muhibah Angklung akan mengikuti festival internasional di Murcia, Spanyol, kemudian konser di berbagai tempat ikonik lainnya di Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Namun demikian, dalam mewujudkan perjalanan ini, Tim Muhibah Angklung saat ini memiliki kendala, yaitu masih kurangnya dana untuk perjalanan tersebut. Untuk itu, Maulana berharap adanya dukungan dan bantuan dari masyarakat, pemerintah, perusahaan, maupun pihak-pihak lainnya untuk menjadi donatur, sponsor, atau kerja sama lainnya. Bagi pihak-pihak yang ingin membantu dapat menghubungi melalui email Tim Muhibah Angklung di management@angklungmuhibah.id. Ia mengatakan, berapapun atau apapun dukungan yang diberikan akan sangat berharga bagi Tim Muhibah Angklung dalam memperjuangkan misi budaya tersebut.