Home Kesehatan Cegah Bahya Resistensi Antibiotik Lewat Edukasi Masyarakat

Cegah Bahya Resistensi Antibiotik Lewat Edukasi Masyarakat

Jakarta, Gatra.com - Pemberiam edukasi menjadi salah satu upaya preventif dalam mencegah ancaman kesehatan berupa resistensi antibiotik. Harapannya melalui kegiatan edukasi, penggunaan antibiotik di limgkup kesehatan di Indonesia pun bisa dilakukan secara lebih bijak.

Kegiatan edukasi tersebut dibalut dalam bentuk seminar bertema “Resistensi Antibiotik: The Silent Pandemi” yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Untar).

Rektor Untar, Agustinus Purna Irawan menjelaskan, bahwa seminar yang menghadirkan ahli dari berbagai ini bisa mendorong antisipasi awal agar masyarakat bisa sadar betul akan penggunaan antibiotik. Mulai dari dosisnya, kapan waktunya antibiotik diperlukan, hingga bagaimana izin penggunaan antibiotik bisa di lakukan secara ketat.

“Supaya semuanya itu terkendali. Artinya, kita mempunyai kesehatan yang maksimal kita ingin sehat, tapi penggunaan obat harus tepat,” ungkap Agustinus saat ditemui di Kampus Untar Jakarta, Kamis (18/7).

Sementara itu, Dekan FK Untar Noer Saelan Tadjudin pun menekankan pentingnya pemahaman lebih jauh mengenai resistensi antibiotik. Ia menjelaskan bahwa resistensi antibiotik bisa terjadi salah satunya karena adanya penggunaan yang tidak rasional.

“Itu kan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Kalau sudah tidak mempan, maka ancaman seseorang meninggal pasti akan lebih banyak,” tutur dia.

Noer menyebut, dalam paradigma pencegahan, maka harus kembali ditegakkan regulasi dan aturan yang ketat. Dengan penegakan beleid yang ketat, dokter pun nantinya tidak akan sembarangan menggunakan antibiotik.

“Karena diluar negeri itu tidak mudah untuk menggunakan antibiotik. Ada pihak dari mkirobiologi yang rutin mengecek, apakah penggunaan antibiotiknya sudah sesuai aturan,” beber dia.

Disamping itu, pemahaman lebih juga harus ditanamkan ke pasien. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi antibiotik sesuai dosis.

“Karena pasien juga harus paham bahwa apenggunaan antibiotik harus tepat sasaran. Banyaknya yang belum paham soal keketatan ini jadi problem yang akhirnya pengguna antibiotik berlebihan seperti ini,” ujar dia.

24