Home Ekonomi Open Bidding Pengadaan Beras Transparan, Dirut Bulog: Tak Mungkin Mark Up

Open Bidding Pengadaan Beras Transparan, Dirut Bulog: Tak Mungkin Mark Up

Jakarta, Gatra.com – Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengatakan, pihaknya tidak mungkin melakukan penggelembungan atau mark-up harga beras impor seperti yang dituduhkan.

Bayu dalam keterangan pada Minggu, (21/7), mengatakan, penjelasan ini sebagaimana disampaikan dalam acara Editors’ Gathering yang dihadiri oleh 25 pimpinan redaksi dan CEO grup media terkemuka di Indonesia pada Senin, (15/7).

Lebih lanjut Bayu menjelaskan, tidak mungkin terjadi mark up harga berasa oleh perusahaan asal Vietnam, Tan Long, karena pengadaan beras tersebut dilakukan melalui lelang terbuka atau open bidding yang sangat transparan.

Bayu mengatakan, pihaknya mempesilakan rekan-rekan media untuk menghadiri langsung open bid tersebut agar bisa memastikan bahwa tidak mungkin terjadi penggelembungan harga dalam lelang tebuka tersebut.

“Untuk dapat secara langsung menghadiri open-bid atau lelang terbuka pada pengadaan beras impor sehingga kami tidak mungkin melakukan penggelembungan harga seperti yang telah dituduhkan,” ujarnya.

Bayu menjelaskan, mekanisme lelang terbuka diawali dengan pengumuman terbuka bahwa Perum Bulog akan membeli sejumlah beras. Lalu akan ada pendaftaran peminat lelang, yang jumlahnya antara 80 sampai 100 perusahaan eksportir penjual.

Tahap selanjutnya yaitu sesi penjelasan di mana di sesi ini dijelaskan syarat dan ketentuan mengikuti lelang terbuka, yang merujuk kepada praktik transparan dalam perdagangan internasional.

Syarat tersebut, kata Bayu, antara lain eksportir harus punya pengalaman pernah mengekspor, harus bersedia diinspeksi jika perlu dan harus bersedia menerbitkan uang jaminan tender (bid bond) serta uang jaminan kinerja (performance bond) di bank terkemuka Indonesia, selain persyaratan administrasi lainnya.

“Beberapa perusahaan, terutama yang baru, biasanya akan mundur karena persyaratan yang ketat tersebut, sehingga yang kemudian benar-benar ikut lelang sekitar 40-50 perusahaan,” katanya.

Setelah itu, ujar Bayu, Bulog melakukan lelang secara terbuka. Masing-masing calon pemasok atau peserta lelang dan calon mitra bisa melihat secara langsung pergerakan harga penawaran dari semua peserta.

“Semua kami lakukan secara transparan sesuai dengan komitmen kami dalam melakukan transformasi. Kepercayaan pada perdagangan internasional sangatlah mahal harganya, karenanya harus selalu kami jaga,” ujar Bayu.

Sebelumnya, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto, mengatakan, isu penggelembungan (mark up) harga beras impor dari perusahaan asal Vietnam, Tan Long, tidak berdasar karena perusahaan tersebut tidak pernah mengajukan penawaran sejak bidding tahun 2024 dibuka. “Jadi tidak memiliki keterikatan kontrak impor dengan kami pada tahun ini,” katanya.

Bayu lebih lanjut menjelaskan, lelang terbuka ini merupakan bagian dari transformasi yang tengah tengah dilaukan Bulog. Visi transformasi tersebut dicanangkan pada medio Mei lalu.

Menurutnya, ini untuk meraih kepercayaan setelah 57 tahun berdirinya Bulog yang sempat diwarnai dengan berbagai kejadian di masa lalu yang khas dan bisa menimbulkan rasa skeptis pada beberapa pemegang kebijakan.

“Transparansi adalah salah satu kunci utama untuk meraih kembali kepercayaan masyarakat sesuai dengan salah satu visi tranformasi kami,” ujarnya.

Bayu menyampaikan, dengan berkumpulnya para C-level dan para petinggi media ini juga diharapkan dapat terjalin komunikasi dua arah antara Bulog dan media yang dapat mendukung kinerja satu sama lain.

Dalam kesempatan tersebut, Bayu juga menjelaskan mengenai fungsi utama Perum Bulog untuk melakukan distribusi pada rantai pasok pangan. Dalam 5 tahun ke depan, diharapkan Perum Bulog dapat mewujudkan ambisinya untuk menjadi pemimpin yang tepercaya pada rantai pasok pangan.

Walaupun berfokus pada distribusi pangan, namun Perum Bulog juga mencoba membantu mengatasi masalah produksi pangan yang ada, khususnya beras, dengan melakukan program huluisasi bernama Mitra Tani.

“Melalui program Mitra Tani, kami mendampingi para petani termasuk memperbaiki dan membantu mengatasi masalah mereka, seperti kekurangan pupuk dan bibit, menjadi penjamin pembiayaan sehingga mitra petani yang menjadi pemasok kami, akan merasa terbantu,” katanya.

Saat ini, ujar dia, sudah 250 hektare lahan sawah yang menjadi mitra Perum Bulog dari target 100.000 hektare. Diharapkan program Mitra Tani bisa menjadi inspirasi bagi program-program serupa lainnya.

Sekretaris Perusahaan (Sekper) Perum Bulog, A. Widiarso, menyampaikan, acara tersebut diadakan untuk membina kembali dan mempererat hubungan antara rekan-rekan media dengan tim manajemen Bulog yang baru.

“Diharapkan akan terjalin kerja sama secara strategis di kemudian hari karena kami menyadari bahwa media adalah salah satu pemegang kebijakan pada ekosistem pangan yang penting,” katanya.

59