Beirut, Gatra.com - Pertahanan sipil Lebanon mengatakan serangan pesawat nirawak Israel menewaskan dua orang dan melukai tiga orang lainnya di Lebanon selatan pada hari Senin (29/7).
Reuters, Senin (29/7), Lebanon saat ini bersiap menghadapi pembalasan Israel setelah serangan roket yang menewaskan 12 remaja dan anak-anak pada akhir pekan.
Pada hari Minggu larut malam, kabinet keamanan Israel memberi wewenang kepada pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memutuskan "cara dan waktu", menanggapi serangan roket di Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel.
Israel dan Amerika Serikat menyalahkan Hizbullah Lebanon atas serangan hari Sabtu. Kelompok yang didukung Iran itu membantah terlibat apa pun.
Insiden di mana sebuah rudal menghantam lapangan olahraga di Dataran Tinggi Golan, dan berisiko mengubah kebuntuan yang rapuh menjadi eskalasi yang lebih serius, yang memicu seruan internasional di kedua belah pihak untuk menahan diri.
Tidak ada indikasi langsung tentang tindakan apa yang akan diambil Israel, namun surat kabar terbesar di negara itu Yedioth Ahronoth mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan tanggapannya akan "terbatas tetapi signifikan."
Laporan itu mengatakan pilihan pembalasan berkisar dari serangan terbatas namun terstruktur pada infrastruktur termasuk jembatan, pembangkit listrik dan pelabuhan, hingga menyerang depot senjata Hizbullah atau menargetkan komandan Hizbullah tingkat tinggi.
Seorang pejabat di pertahanan sipil Lebanon mengatakan kepada Reuters, serangan pesawat tak berawak Israel hari Senin di Lebanon selatan melukai tiga orang termasuk seorang bayi. Layanan penyelamatan tidak mengatakan apakah yang tewas adalah pejuang atau warga sipil.
Militer Israel mengatakan pertahanan udaranya menjatuhkan pesawat tak berawak yang menyeberang dari Lebanon ke wilayah Galilea Barat pada hari Senin.
Penerbangan di bandara internasional Beirut telah dibatalkan atau ditunda karena maskapai penerbangan menanggapi kemungkinan tanggapan Israel.
Baik Israel maupun Hizbullah tampaknya berusaha untuk menghindari perang skala penuh sejak mereka mulai bertukar serangan pada bulan Oktober dalam konflik yang dipicu oleh perang Gaza.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Minggu bahwa dia tidak ingin melihat eskalasi konflik di perbatasan utara Israel dan menegaskan kembali dukungan AS untuk Israel.
“Saya tegaskan hak [Israel] untuk membela warga negaranya dan tekad kami untuk memastikan bahwa mereka mampu melakukannya,” kata Blinken dalam konferensi pers di Tokyo.
“Namun, kami juga tidak ingin melihat konflik meningkat. Kami tidak ingin melihatnya menyebar,” tambahnya.
Hizbullah membantah telah menembakkan roket yang menewaskan anak-anak muda tersebut, meski pada saat itu Hizbullah mengatakan telah menembakkan rudal ke sasaran militer di Dataran Tinggi Golan, wilayah perbatasan yang direbut Israel dari Suriah setelah perang Timur Tengah tahun 1967, dan sejak itu dianeksasi dalam sebuah tindakan yang tidak diakui secara umum internasional.