Home Milenial Dukung Regenerasi, Bango Luncurkan Program Petani Muda

Dukung Regenerasi, Bango Luncurkan Program Petani Muda

Jakarta, Gatra.com- Untuk mendukung regenerasi petani, Bango produksi PT Unilever Indonesia Tbk. melakukan "Program Petani Muda" terhadap 40 kandidat di lingkungan mitra petani binaannya di Pulau Jawa dengan menggandeng The Learning Farm Indonesia.

“Sebanyak 40 orang ini dari kandidat terdekat. Setelah selesai program intensif selama tiga bulan belajar, mereka akan balik ke desa,” ungkap Manager Bango PT Unilever Indonesia Tbk, Nando Kusmanto di Jakarta, Rabu (25/9).

Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa dalam kurun 2016 hingga 2018 terjadi penurunan jumlah petani di Indonesia hingga 4 juta orang. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya regenerasi petani.

Faktanya, 65% jumlah petani di Indonesia kini berusia di atas 45 tahun, dengan produktivitas yang relatif rendah. Sementara di wilayah perdesaan, hanya sekitar 4% anak muda berusia 15-23 tahun yang tertarik bekerja menjadi petani.

“Sisanya memilih bekerja di sektor industri, sektor industri kecil-menengah atau sektor informal kota, karena dipandang lebih potensial untuk menjamin kesejahteraan di masa depan,” ungkap Nando.

Ia menjelaskan bahwa program ini merupakan program yang sejalan dengan pilar Unilever Living Plan (USLP). Sejak tahun 2001, Bango melalui Yayasan Unilever Indonesia bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada dan mitra lainnya mengembangkan komunitas petani kedelai Mallika melalui program “Program Pengembangan Petani Kedelai Hitam”.

“Pelatihan ini sampai sekarang sudah jangkau hingga 10.500 petani di Jateng dan Jatim dengan area lahan pertanian seluas 3.000 hektar,” ungkap Nando. Juga melakukan pemberdayaan wanita yang dipekerjakan untuk menyortir kedelai malika.

Executive Director The Learning Farm Indonesia, Nona Pooroe Utomo menambahkan bahwa para kandidat program ini dipilih berdasarkan daftar nama yang diberikan pihak Unilever. “Ada daftar akan kami interview. Kita ingin mereka menjadi petani dengan pemikiran masa depan,” katanya.

Mereka akan mendapatkan pembelajaran dengan kurikulum “Program Petani Muda” selama 100 hari. Belajar selama 24 jam dalam seminggu selama tiga bulan lebih di perkebunan TLF Indonesia yang berlokasi di Cianjur.

Harapannya akan membentuk petani muda yang paham dan dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan global. Dalam hal ini tidak sekedar teknis penanaman saja, namun mengetahui bagaimana iklim, isu perubahan iklim, bahkan tahu akan teknologi.

“Sebanyak 60% pembelajaran mengenai pengetahuan teknis empat pilar pertanian, yakni tanah, budidaya tanaman-perikanan dan ternak, serta pemupukan dan pengendalian hama, dan analisa usaha tanam,” kata Nona menjelaskan.

Lalu sebanyak 40% materi lainnya, berfokus pada pengembangan soft skills, seperti manajemen waktu dan keuangan, dan entrepreneurship. Hingga healthy life style, Bahasa Inggris, serta komputer, dan komunikasi.

“Nantinya, kami harap para peserta akan mampu menyebarluaskan ilmunya dan menginspirasi lebih banyak generasi muda di kampung halaman mereka untuk menjadikan bertani sebagai pilihan profesi yang menjanjikan,” tutur Nona.

554