Jakarta, Gatra.com - Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menuturkan, Industri hasil tembakau (IHT) penting untuk menarik investasi. Bahkan, perusahaan rokok terbesar nomor satu di Indonesia, laba bisa melebihi perusahaan otomotif.
Misbakhun mencontohkan, perusahaan rokok terbesar di Indonesia milik Philip Morrys per tahun mencetak laba sampai Rp18 triliun per tahunnya. Padahal, pada 2005 ketika Philips Morrys masuk membeli mayoritas saham PT Sampoerna Tbk, waktu itu nilainya masih Rp18 triliun.
"Jadi, perspektif investasi paling menguntungkan di industri hasil tembakau. Perusahaan Philip Morrys memperoleh keuntungan Rp18 triliun. Dulu waktu dibeli tahun 2005, padahal belinya juga harga Rp18 triliun. Sekarang, keuntungan segitu," kata Misbakhun saat acara diskusi "Urgensi Roadmap Industri Hasil Tembakau Mengawal Kepastian Investasi" di Hotel Ibis Style, Jakarta, Selasa (10/12).
Terlebih, politisi Golkar ini menambahkan, IHT menyumbang 8% sampe 9% terhadap APBN. "Kemudian menjadi perhatian kita. Rokok ini butuh investasi besar. Ini menunjukan industri tembakau dalam konteks investasi menguntungkan dan menarik,"ujarnya.
Di sisi lain, kata dia, tembakau Indonesia memiliki ciri khas tersendiri, misalnya kretek. Asapnya banyak dan baunya menyengat. Sebab itu, harus dijaga sebagai warisan budaya. "Kalau ke khas-an kita jaga, banyak investasi datang. Banyak saat ini, investasi malah masuk rokok putih. Para perokok, busido, mengorbankan dirinya untuk pemasukan negara," tuturnya.
Sementara itu, mantan pegawai Ditjen pajak ini melanjutkan, tembakau termasuk komoditas paling tersiksa di dunia. Sebab, Kementan tidak menganggarkan pembinaan petani tembakau-nya. "0 biayanya. Tapi penerimaan negaranya Rp200 triliun. Padahal, industri tembakau primadona industri asing," tutupnya.