Home Kebencanaan Gereja Katedral Purwokerto Batasi Jumlah Umat

Gereja Katedral Purwokerto Batasi Jumlah Umat

Banyumas, Gatra.com - Sejumlah gereja Katolik di wilayah Banyumas, Jawa Tengah, mulai menggelar peribadatan sejak sepekan terakhir. Pengurus gereja menerapkan protokol kesehatan serta membatasi kehadiran umat.

Pastor Kepala Paroki Gereja Katedral Kristus Raja, RD Sulpicius Parjono Pr mengatakan, ibadat harian maupun mingguan dimulai setelah mendapat surat keterangan bebas Covid-19 dari Pemerintah Kabupaten Banyumas. Untuk sementara ini, gereja berkapasitas 800 orang ini hanya diisi oleh 172 orang.

"Jaraknya melebihi dari aturan, kan hanya 1 meter. Di sini ada yang 1,4 meter ada yang 1,3 meter, setiap tempat duduk juga diberi nomor. Setiap orang yang datang harus mendaftar melalui lingkungan atau kelompok kecil semacam RT/RW. Jadi semua terdata, siapa, umur berapa, status kesehatan seperti apa. Ibadatnya juga bergiliran disesuaikan dengan jadwal lingkungan," katanya, jelang peribadatan Minggu (28/6).

Menurut dia, umat yang diperbolehkan mengikuti peribadatan untuk sementara ini berusia sekitar 10-65 tahun. Setiap umat wajib mengenakan masker dan membawa hand sanitizer pribadi meski telah disiapkan di gereja.

Setelah memasuki gereja, umat diminta memeriksakan suhu tubuh, mengecek daftar hadir serta mencuci tangan. Petugas penerima tamu akan mengantarkan hingga tempat duduk. Selain aturan tersebut pihaknya juga menerapkan protokol khusus saat penerimaan komuni.

"Selain Paroki Katedral yang sudah mendapat surat keterangan itu, ada Stasi Ajibarang, Wangon, Jatilawang, Gentawangi dan Kebasen. Sebagian besar sudah. Tapi untuk umat Stasi Patikraja, beribadah di Paroki Katedral," jelasnya.

Parjono mengatakan, protokol adaptasi kebiasaan baru tersebut berlaku sesuai dengan status kesehatan masyarakat. Bila pemerintah telah menyatakan aman dan bebas dari COVID-19, maka prosedur peribadatan kembali seperti semula.

Salah satu umat, Fransisca Rina (24) mengaku senang bisa mengikuti peribadatan di gereja lagi. Sebab, selama tiga bulan ini ia hanya bisa beribadah secara daring.

"Ada kabar gereja dibuka lagi, tapi ada perasaan senang dan takutnya juga. Tapi dari segi kesehatan sih, lebih aman. Kalau dulu ada ribuan lebih mudah untuk menular, tapi kalau sekarang lebih sehat dan aman, dan lebih khusyuk berdoanya," kata dia.

979