Yogyakarta, Gatra.com - Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta menjadikan kasus Covid-19 di Sekolah Dasar (SD) Gunungkidul sebagai bahan evaluasi dalam mempertimbangkan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah pada awal 2021. Jika menerapkan KBM tatap muka, sekolah harus benar-benar siap.
Kepala Disdikpora DIY Didik Wardaya menyatakan evaluasi atas kesiapan KBM tatap muka akan digelar pada Kamis (26/11) bersama dinas pendidikan, dinas kesehatan, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat kabupaten dan kota di DIY.
"Yang jelas itu akan jadi bahan evaluasi kami. Justru kasus itu untuk kehati-hatian kami membuka sekolah. Besok kami evaluasi. Semua unsur kami mintai masukan nanti," kata Didik saat dihubungi via telepon, Kamis (25/11).
Didik menyatakan tak tahu kasus Covid-19 di SD di Gunungkidul tersebut. Menurutnya, SD dan SMP merupakan kewenangan pemerintah kabupaten atau kota, bukan provinsi.
Didik menyebut, sekolah tingkat SD dan SMP seharusnya belum dibuka saat ini sesuai keputusan bersama empat menteri. Kegiatan belajar di sekolah diterapkan untuk SMK dalam pembelajaran praktik dan SMA untuk konsultasi siswa kepada guru.
"Kami belum tahu tertularnya di sekolah apa di rumah. Kalau di sekolah, kan statusnya belum boleh buka. Kalau ada SD yang buka, kami belum tahu. Jadi keputusan bersama empat menteri yang kedua, praktik SMK tetap diperbolehkan, tapi dengan protokol kesehatan ketat. Untuk SMA hanya konsultasi yang siswanya kesulitan," katanya.
Didik mengatakan KBM tatap muka rencananya dimulai pada awal 2021. "Tapi tidak terpaku Januari. Masing-masing daerah kan kesiapannya berbeda-beda. Nanti pun kami cek betul yang siap dulu," ucapnya.
Kepala Disdikpora Gunungkidul Bahron Rasyid mengonfirmasi bahwa dua guru SD di Patuk terkonfirmasi positif Covid-19. Keduanya pasangan suami istri yang mengajar di sekolah berbeda.
"Dua guru yang suami istri itu benar positif. Selain itu juga ada satu anak positif. Sedangkan tertularnya di sekolah atau di rumah, kami belum bisa memastikan. Dinas kesehatan saat ini masih melakukan tracing," katanya.
Bahron menyatakan selama ini SD dan SMP di Gunungkidul sudah menggelar pembelajaran tatap muka secara terbatas. Siswa ke sekolah satu hingga dua kali dalam seminggu dengan durasi dua jam tiap pertemuan.
Menurut Bahron, pembelajaran tatap muka terbatas itu merupakan tahap transisi sebelum KBM tatap muka diterapkan pada awal 2021. "Ya (kasus) ini akan jadi bahan evaluasi," katanya.
Adapun Dinas Kesehatan Gunungkidul menyebut dua siswa dan tiga guru terkonfirmasi positif Covid-19. Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan kasus ini ditemukan di dua SD di daerah Patuk.
Dua siswa di satu SD diduga tertular dari seorang guru yang dinyatakan positif Covid-19 pada Senin (23/11). Adapun di satu SD lain, seorang guru menulari rekan kerjanya. Menurut Dewi, dua guru menulari siswa dan rekannya itu pasangan suami istri dari Kulonprogo.
"Dua siswa diduga tertular saat di sekolah. Jadi memang ada dua SD. Di satu SD kasusnya satu guru dan dua siswa, dan (di SD) lainnya dua guru," katanya.
Dewi mengatakan penularan kasus-kasus ini masih dilacak. Beberapa murid SD juga telah menjalani tes usap PCR dan tinggal menunggu hasilnya. "Masih terus tracing," ucapnya.