Home Milenial Wirausaha Sosial Harus Berperan dalam Daur Ulang Sampah

Wirausaha Sosial Harus Berperan dalam Daur Ulang Sampah

Jakarta, Gatra.com- Para pelaku social entrepreneur atau wirausaha sosial diharapkan dapat memberikan peran besar dalam sirkular ekonomi, terutama dalam pengolahan daur ulang jenis sampah plastik dan kertas.

"Sampah plastik dan kertas, sejauh ini (pengolahan-red) bahan baku ini 80% dari sektor informal atau pemulung," kata Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar dalam diskusi virtual Waste4Change di Jakarta, Kamis (17/12).

Menurut Novrizal, peran wirausaha sosial belum maksimal. Sejauh ini, pengelolaannya masih tradisional, karena kapasitas pemulung masih terbatas. "Berharap mereka bisa jadi backbone dari circular economy sehingga ekosistemnya modern," ia menegaskan.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan per Februari 2019 menyebut Indonesia menghasilkan 64 juta ton timbunan sampah per tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 60% diangkut dan ditimbun ke tempat pembuangan akhir (TPA), 10% didaur ulang, sedangkan 30% sisanya tidak terkelola dan mencemari lingkungan.

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memiliki target kapasitas pengelolaan sampah mencapai 100%, sementara persentase pemilahan sampah oleh masyarakat dapat mencapai 50% pada 2025.

“Permasalahan sampah membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak baik konsumen, masyarakat, pemerintah dan industri," ungkap Novrizal.

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar dalam diskusi virtual Waste4Change di Jakarta, Kamis (17/12). (Dok Birny)

Direktur Sanitasi, Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR), Ir. Prasetyo, M.Eng., mengatakan, pengelolaan sampah melalui penyediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu fokus PUPR. "Sejak tahun 2018, kami bekerjasama dengan Waste4Change untuk melakukan pendampingan pengelolaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) yang menggunakan sistem reduce, reuse, recycle (TPS3R) di beberapa daerah," ungkapnya.

Selain itu, TPS3R pada area kawasan kantor pusat Kementerian PUPR pun sudah dikelola bersama Waste4Change. "Hal ini merupakan bentuk dukungan PUPR dalam memberikan contoh kepada daerah dan masyarakat untuk melakukan proses pengelolaan sampah rumah tangga secara menyeluruh sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA,” paparnya.

Meski demikian, kesadaran untuk pemilahan sampah di tingkat rumah tangga masih minim. Data Survei Kesadaran Manajemen Sampah Waste4Change 2019 menyebut, saat ini baru 49,2% rumah tangga yang memilah sampah. Lalu 50,8% rumah tangga tidak memilah sampah.

Kemudian ada 92,8% menyatakan bahwa mereka mengharapkan adanya sistem manajemen sampah yang lebih baik di Indonesia. Survei Waste4Change ini dilakukan terhadap 429 responden di DKI Jakarta dan sekitarnya.

Berdiri tahun 2014, Waste4Change saat ini telah melayani 48 area komersial dan dua perumahan dengan lebih dari 2.060 pelanggan. Serta telah berhasil mengelola lebih dari 5.405 ton sampah di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

“Waste4Change memiliki visi untuk menjadi pemimpin dalam menyediakan solusi pengelolaan sampah yang etis dan bertanggung jawab menuju Indonesia tanpa sampah salah satunya dengan penggunaan teknologi dan peningkatan kolaborasi," kata Managing Director Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano.

Menurut Bijaksana, dukungan kolaborasi dari swasta, pemerintah dan masyarakat sebagai kunci utama dalam mewujudkan ekonomi sirkuler dan zero-waste di Indonesia. Waste4Change berharap sinergi dan peran dari seluruh stakeholder dapat mendukung dan meningkatkan upaya penyelesaian pengelolaan sampah secara bertanggung jawab dan bersama-sama. 

 

 

1178