Jakarta, Gatra.com- Dokter Konsultan Alergi Imunologi Anak, Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes. menjelaskan bahwa alergi susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling sering dialami anak-anak di Asia. Kejadian alergi susu sapi pada anak-anak di Indonesia yaitu 0,5% - 7,5%.
"Meskipun sebagian besar anak-anak pulih dari gejala saat meninggalkan periode balita, tetapi bukan berarti alergi ini bisa disepelekan. Karena dampak kesehatannya yaitu tumbuh kembang anak, serta meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi atau sakit jantung di kemudian hari," kata Budi dalam keterangan tertulisnya, (1/7).
Karenanya, lanjut dia, jika kondisi alergi terdiagnosis sejak awal dan segera dikonsultasikan ke dokter maka dapat dilakukan tata laksana yang tepat sehingga tumbuh kembangnya optimal. "Sebaliknya, jika terlambat didiagnosis dan orang tua mendiagnosis sendiri, maka bisa muncul dampak-dampak tidak diinginkan," tegasnya.
Budi mengatakan gejala yang bisa terjadi jika Si Kecil mengalami alergi susu sapi sangatlah beragam. “Gejala alergi susu sapi dapat muncul dengan gejala ringan, sedang sampai berat, dan dapat mengenai tiga organ," paparnya.
Kejadian yang paling sering, yaitu keluhan di saluran cerna, seperti diare sebanyak 53%, kemudian kolik 27%. Gejala susu sapi bisa juga bisa mengenai di saluran napas, misalnya batuk-batuk di malam hari ke arah pagi hari. Kejadian gejala di saluran napas yaitu asma 21%, rinitis 20%.
Gejala alergi bisa muncul di kulit, organ ketiga, kebanyakan berupa eksim atau dermatitis atopik sebanyak 35%. Sedangkan biduran atau urtikaria sebesar 18%. "Gejala yang berat berupa sistemik yaitu timbulnya anafilaksis sebesar 11%," ujarnya.
Faktor risiko berkembangnya alergi pada anak dapat berasal dari faktor genetik atau keturunan dari keluarga dengan riwayat alergi. Adapun kasus alergi protein susu sapi umumnya terjadi pada anak yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI).
Oleh karena itu, pencegahan alergi protein susu sapi dapat dilakukan dengan cara memberikan ASI eksklusif bagi anak. “Jika bunda tidak dapat memberikan ASI dan Si Kecil berbakat alergi tapi belum muncul gejala alerginya, maka dapat diberikan susu yang telah diformulasikan secara khusus seperti susu dengan protein hidrolisa parsial (PHP)," ungkap Budi.
Namun jika gejala alergi sudah muncul dapat diatasi dengan nutrisi medis khusus yaitu susu dengan protein terhidrolisa ekstensif, susu dengan isolat protein kedelai (soya) atau susu asam amino.
Business Head Morinaga, KALBE Nutritionals, Dewi Angraeni menambahkan bahwa setiap orang tua pasti ingin anaknya tumbuh kembang secara optimal termasuk anak dengan kondisi alergi. “Orang tua perlu mengetahui bahwa Si Kecil yang alergi tetap dapat tumbuh optimal dan berprestasi jika alerginya diatasi dengan deteksi secara dini," katanya.
Untuk itu, lanjut Dewi, Morinaga selalu berkomitmen meningkatkan edukasi dan akses nutrisi melalui program World Allergy Week. Dimana penyakit alergi seperti asma, rinitis alergi, alergi makanan, dermatitis atopik, serta alergi protein susu sapi merupakan kasus alergi yang paling banyak diderita oleh anak.