Home Gaya Hidup Sekolah Harus Adaptif Di Masa Pandemi

Sekolah Harus Adaptif Di Masa Pandemi

Medan, Gatra.com- Penutupan sekolah yang berkepanjangan telah menimbulkan kehilangan kemampuan belajar siswa atau yang disebut dengan istilah asing learning loss yang signifikan. Semakin lama sekolah ditutup, semakin besar learning loss yang terjadi. Studi yang dilakukan Michelle Kaffenberger dan Carmen Belafie menemukan, jika dalam enam bulan siswa kelas 3 SD tidak belajar, maka siswa tersebut berpotensi tertinggal 1,5 tahun.

Sedangkan siswa kelas 1 SD, jika tidak belajar selama 6 bulan akan tertinggal selama 2,2 tahun. Pada jangka panjang kehilangan kemampuan belajar ini akan berdampak kepada hilangnya pendapatan siswa tersebut sekitar 15-20 persen ketika mereka dewasa. Hal itu disampaikan Communication Officer Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), Erix Hutasoit, saat memandu webinar Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas Menyongsong Tahun Ajaran Baru 2021/2022 yang disiarkan secara virtual."Harus ada upaya untuk mencegah agar anak-anak kita ini, tidak kehilangan kesempatan belajar yang lebih besar," terangnya saat dihubungi di Medan, Selasa (13/7).

Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kaltara, Jarwoko mengatakan pemerintah pusat mendorong pemerintah daerah melakukan PTM secara terbatas untuk mencegah terjadinya learning loss. PTM terbatas sendiri, dapat dilakukan dengan cara buka tutup sekolah. Ketika situasi memungkinkan, maka sekolah dibuka. Tetapi begitu terjadi peningkatan jumlah kasus COVID-19, maka sekolah bisa tutup kembali. Melalui cara adaptif seperti ini, sekolah bisa memitigasi risiko. "PTM terbatas tetap dilakukan dengan menempatkan keselamatan dan kesehatan warga sekolah sebagai prioritas utama," tegasnya.

Pengalaman buka tutup sekolah disampaikan Siti Kariah, Kepala SMP N 3 Tana Tidung. Sejak melakukan PTM terbatas pada Oktober 2020, sekolahnya sudah dua kali menutup dan membuka sekolah. Penutupan sekolah dilakukan karena ada warga desa di sekitar sekolah yang terpapar virus Corona. Begitu sekolah mendapat informasi, sekolah langsung menjalankan mitigasi risiko."Penutupan sekolah kami lakukan tanpa harus menunggu ada guru dan siswa terpapar virus terlebih dahulu. Begitu ada informasi kejadian di sekitar sekolah, kami langsung menutup sekolah selama 14 hari," terangnya.

Siti mengatakan, sampai saat ini belum ada kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha, dan siswa yang terpapar virus Corona di sekolah. Sistem mitigasi risiko yang mereka jalankan, cukup efektif melindungi warga sekolah. Sistem mitigasi ini merupakan bagian dari syarat yang harus mereka lengkapi sebelum mengajukan izin PTM terbatas. Dinas pendidikan bersama dinas kesehatan akan turun langsung memeriksa sistem mitigasi yang mereka buat. Termasuk memverifikasi semua sarana dan operasional protokol kesehatan di sekolah. Setelah semuanya lengkap dan bisa beroperasi, barulah sekolah mendapat izin melakukan PTM. "Tidak mudah untuk mendapatkan izin PTM terbatas di Tana Tidung," tambahnya.

Abdul Wahid, Kepala SDN 010 Malinau Kota, mengatakan PTM terbatas sangat berguna untuk mendiagnosa learning loss yang dialami siswa. Guru-guru di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia itu, menemukan banyak siswa kelas 3 SD yang tidak lagi mengenal perkalian pada mata pelajaran matematika. "Padahal sebelum penutupan sekolah, siswa-siswi ini sudah mengetahui soal perkalian," terangnya.

Ia mengatakan lewat PTM terbatas siswa yang mengalami learning loss bisa mendapat bantuan khusus dari guru. Guru bisa merancang materi belajar yang spesifik untuk memulihkan kemampuan si anak. Melalui upaya ini anak-anak yang tertinggal akibat pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa mengejar kembali ketertinggalannya. "Jika kelak sekolah ditutup kembali karena ada kasus COVID, maka materi belajar ini akan tetap dikerjakan siswa selama belajar dari rumah," tutupnya.

932