Palembang, Gatra.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), mencatat sebanyak 138 bencana alam terjadi di wilayahnya. Jumlah tersebut terjadi sejak awal Januari 2021 lalu.
Gubernur Sumsel, Herman Deru, mengatakan jumlah bencana itu terjadi di Bumi Sriwijaya sepanjang 2021 ini. Dari jumlah tersebut yang terbanyak kebakaran rumah penduduk yakni 92 kejadian.
“Selanjutnya banjir 15 kejadian, tanah longsor enam kali, angin puting beliung 20 kali kejadian, sedangkan banjir bandang lima kali kejadian. Dari bencana itu, semuanya menyebabkan 4.874 KK atau 2.673 jiwa terdampak,” ujarnya usai apel kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Selasa (16/11).
Dikatakannya, kondisi geografis Sumsel dengan dataran tinggi (pegunungan) di bagian barat yang meliputi Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan rawan terjadi bencana alam, seperti tanah longsor, banjir bandang dan angin puting beliung.
Sedangakan Sumsel bagian timur, lanjutnya, didominasi dataran rendah dan perairan yang meliputi Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Illir (OKI), Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Palembang.
“Dengan kondisi tersebut berpotensi terjadinya banjir akibat luapan sungai dan genangan saat hujan akan terjadi. Selain itu, kawasan tersebut pun rawan diterpa angin puting beliung,” katanya.
Tentunya, sambungnya, serangkaian bencana alam tersebut sudah menjadi hal yang biasa. Hanya saja dampak yang ditimbulkan perlu penanganan yang sangat serius. Sebab, kadang kala bencana alam sampai merobohkan rumah tempat tinggal dan sarana-prasarana umum, bahkan ada yang sampai merenggut korban jiwa.
“Karena itu, seluruh masyarakat yang bermukim di wilayah yang berpotensi terjadinya bencana dampak dari musim penghujan patut untuk lebih waspada,” ujarnya.
Pihaknya pun memprediksi pada akhir tahun 2021 hingga awal 2022 mendatang wilayah Sumsel masuk dalam musim penghujan. Dimana, curah hujan yang tinggi akan berpengaruh terhadap terjadinya bencana hidrometeorologi.
“Akibat pengaruh pasang surut, beberapa waktu lalu telah terjadi bencana banjir bandang di Kabupaten Empat Lawang dan OKU yang mengakibatkan beberapa unit rumah roboh dan jembatan gantung putus, serta merusak badan jalan,” katanya.
Untuk diketahui, bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur dan angin. Sedangkan bencana yang ditimbulkan dari hidrometeorologi meliputi bencana banjir, angin puting beliung, longsor, abrasi hingga gelombang pasang.