Jakarta, Gatra.com – Tepat seratus tahun yang lalu, Guccio Gucci (1881-1953) mendirikan perusahaan pakaian mewah di Florence (Firenze), Italia. Menggunakan nama keluarga, merk Gucci menjadi ikon global dan menciptakan variasi produk, mulai dari tas hingga dekorasi rumah. Sayangnya, konflik di era 1980an membuat tak ada satu pun anggota keluarga Gucci yang berwenang lagi di bisnis tersebut. Kisah penuh skandal itu diungkapkan dalam buku Sara Gay Forden, The House of Gucci: A Sensational Story of Murder, Madness, Glamour, and Greed (2001). Kini, cerita penuh warna tersebut disajikan Ridley Scott di layar lebar lewat film terbarunya, House of Gucci.
Patrizia Reggiani (Lady Gaga) datang dari keluarga biasa-biasa saja yang bekerja di bisnis angkutan darat milik ayahnya. Pertemuan tak sengaja dengan Maurizio Gucci (Adam Driver) lantas mengubah segalanya. Bertekad mewujudkan ambisinya untuk menjadi wanita berpengaruh, Patrizia lantas mendekati Maurizio hingga akhirnya keduanya menikah.
Kala itu, Gucci sedang dipegang oleh generasi kedua. Salah satu putra Guccio, Aldo (Al Pacino) sukses memimpin Gucci dan mengembangkan toko mereka ke seluruh dunia. Meski menjabat sebagai CEO, jatah 50 persen sahamnya sudah dibagi dengan putranya, Paolo (Jared Leto). Pria nyentrik yang berprofesi sebagai desainer dan tak berselera untuk masuk jajaran manajemen Gucci.
Sisa 50 persen saham Gucci dimiliki ayah Maurizio, Rodolfo (Jeremy Irons). Sayangnya, saat Rodolfo meninggal, bukti kepemilikan saham tersebut lupa diteken. Orang kepercayaan Rodolfo, Domenico De Sole (Jack Huston) menyebut bahwa jika Maurizio hendak mendapatkan warisan 50 persen saham itu, dia harus membayar pajak senilai jutaan Lira ke pemerintah.
Di sinilah Patrizia mulai ikut campur urusan internal bisnis Gucci. Dia mengatur agar saham itu bisa dimiliki suaminya tanpa perlu membayar pajak. Setelah itu, Patricia mendorong Maurizio untuk menerima jabatan manajemen di Gucci New York sekaligus menjadi tangan kanan CEO Aldo.
Mengikuti nasihat peramal Pina Auriemma (Salma Hayek), Patrizia percaya penuh bahwa dia dan suaminya adalah pasangan tak terkalahkan yang mampu membawa bisnis Gucci makin jaya lagi. Bahwa semua orang di sekitar mereka tak bisa dipercaya dan harus disingkirkan.
Patricia pun mulai merancang strategi jangka panjang. Dia menjalin hubungan akrab dengan Aldo dan Paolo demi bisa merebut saham mereka. Dia berupaya mendepak Domenico karena curiga bahwa pria tersebut juga ingin menguasai bisnis Gucci. Teman-teman dekat Maurizio juga tak lepas dari mulut pedas Patricia.
Gerah akibat ulah istrinya, Mauruzio minta berpisah. Dia hendak menjauhkan Patricia dari bisnis inernal Gucci. Keputusan besar yang malah membuat keluarga besar Gucci makin terpuruk, dimana akhirnya merk Gucci terpaksa dijual ke pebisnis Irak, Nemir Kirdar (Youssef Kerkour). Tragedi demi tragedi terus terjadi hingga membuat tak satu pun anggota keluarga Gucci punya wewenang lagi di brand tersebut.
Argumen dalam film ini berawal dari pertanyaan siapa yang ‘layak’ disebut Gucci, siapa yang asli dan siapa yang berhak membuat keputusan bisnis dan menjaga reputasi Gucci.
Meski film ini mengambil judul serupa dengan bukunya dengan embel-embel “Gucci” sebagai poinnya, tapi inti cerita sesungguhnya berputar di sosok Patricia. Mungkin ada yang menuduh dia sebagai perempuan matre. Tapi dia lebih dari sekedar materialistis. Dia adalah jenis orang yang berfokus pada hasil akhir dan cenderung abai pada proses. Tak peduli kalau dia kemudian menjadi posesif dan ekstrim.
Angelina Jolie, Anne Hathaway, Marion Cotillard, Penélope Cruz, Margot Robbie, dan Natalie Portman sempat masuk dalam daftar nama yang dipertimbangkan untuk memerankan Patricia. Namun, keputusan menggunakan Lady Gaga adalah hal yang tepat. Meski lahir dan besar di Amerika Serikat, darah Italianya tetap mewujud pada wajah dan figur perempuan bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta tersebut. Lebih penting lagi, kemampuan aktingnya sudah teruji lewat A Star Is Born (2018).
Terbilang sebagai aktor baru, Lady Gaga sukses mengimbangi akting Driver, Leto, Hayek juga para senior seperti Irons dan Pacino. Nama-nama belakangan tentu sudah melewati begitu banyak film dan menggondol banyak penghargaan karena kepiawaian mereka.
Dengan tim tata rias dan penata busana kapabel, Jared Leto menjadi tak dikenali lagi. Rumor menyebut kalau penata rias dan penata busana House of Gucci akan menang di Oscar 2022 mendatang. Sementara, kelenturan Leto menampilkan karakter seorang desainer medioker sangat meyakinkan. Sayang, dibanding empat aktor lainnya, logat Italia Leto yang paling buruk. Sehingga di beberapa bagian terlihat tidak otentik.
House of Gucci adalah drama dengan visualisasi indah dan akting sangat kuat. Sekali lagi, Ridley Scott memperlihatkan kemampuan penyutradaraannya yang istimewa. Pria 84 tahun asal Inggris itu sudah menggarap nyaris semua genre, mulai dari drama Thelma & Louise (1991), sejarah panjang dalam Gladiator (2000), hingga sci-fi seperti Blade Runner (1982) dan The Martian (2015).
Desain khas Gucci juga tersebar di banyak produk di dalam film berdurasi 2 jam 37 menit itu. Scarf motif bunga, tas berbahan bambu, hingga jam tangan. CEO Gucci , Marco Bizzarri menyebut dalam sebuah wawancara bahwa pihaknya bekerja sama dengan tim produksi dan memberikan mereka akses ke semua arsip dan material untuk menunjang properti yang otentik dalam film.
Biopik House of Gucci digadang-gadang akan banyak masuk nominasi pada Oscar 2022 nanti. Termasuk di antaranya untuk kategori tertinggi, Film Terbaik.
Sayangnya, pujian-pujian yang diterima film ini disertai pula dengan kabar buruk. Konon, keluarga besar Gucci menentang film tersebut. Pada akhir November lalu, pengacara mereka di New York sudah melempar kode akan mengajukan tuntutan hukum atas penggambaran keluarga mereka di film House of Gucci. Meski tak disebutkan dalam film, sesungguhnya Guccio Gucci memiliki enam anak: Enzo (1904-1913), Vasco (1907-1975, meninggal tanpa anak), Ugo (1899-1973), Aldo (1905-1990), Rodolfo (1912-1983), dan putri tunggalnya, Grimalda (1903-1989).
Hari ini, Gucci bernaung di bawah konglomerasi bisnis asal Prancis, Kering. Perusahaan yang dahulu bernama Pinault-Printemps-Redoute tersebut menguasai pula merk-merk ternama lainnya yaitu Balenciaga, Bottega Veneta, Alexander McQueen, dan Yves Saint Laurent. Salma Hayek adalah istri dari pendiri grup Kering, François-Henri Pinault.