Palembang, Gatra.com - Upaya pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) mulai dilakukan di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi. Ini menyusul karena kedua provinsi tersebut merupakan kawasan rawan Karhutla, terlebih banyaknya lahan gambut yang rentan terbakar pada saat kekeringan melanda.
Pencegahan Karhutla sejak dini tersebut rencananya akan dilaksanakan selama 15 hari ke depan mulai Selasa (24/5). Dimana TMC dilakukan di lahan darat dan gambut yang berpotensi mudah terbakar di tengah ancaman hotspot yang tersebar di kedua provinsi tersebut.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) yang diwakili Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto, mengatakan luasan kebakaran di Sumsel mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya pada periode Januari-April.
“Tahun ini, kejadian Karhutla di Sumsel terjadi agak unik karena dimulai dari Muratara, OKU, dan PALI. Kita sudah melakukan antisipasi agar tak terjadi Karhutla, juga upaya pemadaman pada lokasi yang terbakar. Di Riau operasi TMC sudah dimulai sejak bulan kemarin dengan penambahan curah hujan sebanyak 15 persen,” ujarnya di Palembang.
Menurutnya, selain melakukan TMC dari udara, pengawalan di lahan juga harus diperkuat dengan memastikan gambut dan air gambut tetap basah dan lembab. Apalagi saat ini masih ada potensi hujan.
Mulai tahun 2020 lalu, lanjutnya, operasi TMC dijadikan salah satu solusi permanen pencegahan karhutla selain patroli dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Operasi TMC dilakukan dengan tujuan untuk membasahi lahan gambut agar terjaga kelembabannya, menjaga tinggi muka air tetap stabil sehingga tidak mudah terbakar.
“Operasi TMC juga dilakukan untuk mengisi kanal-kanal, embung dan kolam-kolam retensi areal guna mencegah kebakaran terutama di lahan gambut yang sering mengalami kebakaran setiap tahun. TMC dilaksanakan selama 15 hari dengan dukungan dari PT. Wirakarya Sakti (Sinar Mas Forestry),” katanya.
Pelaksanakan TMC sejak dini tersebut, KLHK didukung oleh berbagai instansi dan stakeholder terkait. Sebelumnya pembukaan kegiatan TMC Provinsi Sumsel dan Jambi di Lanud Sri Mulyono Herlambang Palembang, kemarin turut dihadiri perwakilan dari TNI Angkatan Udara (AU), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel-Jambi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Sumatera, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) serta APP Sinar Mas dan unit usahanya.
Dalam operasi TMC pencegahan dini Karhutla terutama di lahan gambut di Sumsel dan Jambi turut didukung oleh APP Sinar Mas melalui unit usahanya PT Wirakarya Sakti (WKS). Terutama dua tahun terakhir, APP Sinar Mas-WKS turut berkontribusi dalam operasi TMC, sehingga jumlah hotspot di Sumsel-Jambi bisa diminimalisir.
Direktur PT WKS Agus Wahyudi, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, yakni KLHK, BRIN, BNPB dan instansi terkait, yang telah mengajak bersama-sama melaksanakan penerapan TMC di Sumsel-Jambi tahun 2022.
Di samping upaya melalui TMC tersebut, sambungnya, APP Sinar Mas dan unit usahanya terus berkomitmen untuk melakukan upaya pencegahan Karhutla, baik di dalam dan di luar kawasan perusahaan. Mulai dari mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana hingga program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
“Di lapangan, kami baik di Sumsel-Jambi mendukung TMC, data dan informasi teraktual di lapangan, akan kami sediakan, yang bisa diperoleh di sekitar areal kami. Rekan-rekan di Sumsel-Jambi, siap mendukung kebutuhan data yang diperlukan. TMC ini akan dilaksanakan selama 15 hari,” jelasnya.
Di tempat sama, Sekjen Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Soeprihanto, menjelaskan seluruh pihak harus bekerja keras dalam rangka minimalisir dan pencegahan Karhutla di 2022. Karena itu, pihaknya berterima kasih dengan APP Sinar Mas dalam dua tahun terakhir, aktif berpartisipasi dalam kegiatan TMC, terutama di provinsi yang rentan terhadap Karhutla seperti Sumsel, Jambi dan Riau.
“Dukungan dari APP Sinar Mas-PT WKS dalam beberapa tahun terakhir ini, merupakan bagian dari kontribusi sektor usaha kehutanan dalam rangka pengendalian dan pencegahan Karhutla. Dalam kolaborasi semua pihak dan dukungan yang baik, hotspot turun cukup tajam dalam dua tahun ini dan tingkat kebasahan gambut tinggi,” katanya.
Sementara itu, Kepala BPBD Provinsi Sumsel Iriansyah, mengatakan wilayahnya menjadi satu daerah rawan Karhutla. Ada luasan lahan gambut di Sumsel terutama di Kabupaten OKI, Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin dan beberapa kabupaten lainnya yang berpotensi terbakar.
Dari pengalaman Karhutla pada 2015 lalu di Sumsel-Jambi, katanya, Karhutla jadi isu nasional hingga internasional, terutama karena kabut asapnya. Akhirnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan untuk pencegahan Karhutla, salah satunya dengan pembasahan lahan.
“Kalau lahan kecil, mudah dibasahkan. Tapi jika luas, perlu TMC untuk membasahi lahan seluas itu. Perlu kerja sama dengan semua pihak. TMC sangat dibutuhkan untuk pembasahan lahan, terutama gambut. Kalau gambut terbakar dan sulit air, akan repot memasukkan pemadaman sehingga perlu pembasahan dini,” ujarnya.
Jika Karhutla terjadi di Sumsel, hal tersebut akan menjadi ancaman nasional. Karena itu, Sumsel telah menetapkan status Siaga Darurat Karhutla per 19 April 2022 hingga 30 November 2022 mendatang.
Terpisah, Kepala BPBD Jambi, Bachyuni Deliansyah, menambahkan pencegahan dan penanganan Karhutla di wilayahnya turut menjadi perhatian serius dari pihaknya dan pemerintah daerah setempat. Terlebih, ada banyak lahan gambut yang hingga kini masih dimonitoring, agar tak terjadi kekeringan sehingga berpotensi besar terjadi kebakaran
“Operasi TMC memang menjadi solusi terbaik dalam pencegahan dini Karhutla. Jika sudah terbakar terutama di kawasan lahan gambut, akan sulit untuk memadamkannya. Karena itu, harus ada pembasahan di awal. Jika nanti terjadi kebakaran, tidak akan menyebar ke lahan gambut,” ujarnya.