Jakarta, Gatra.com - Menuju berakhirnya masa pandemi Covid-19, perekonomian dunia masih dihadapkan ancaman krisis bahkan resesi. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini hingga tahun depan masih suram. Angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 ini pun dipangkas 0,4 persen dari sebelumnya 3,6 persen menjadi hanya 3,2 persen.
Perang Rusia dan Ukraina, kenaikan suku bunga hingga meroketnya harga komoditas seperti energi dan makanan mengakibatkan tekanan terhadap daya beli konsumen. Kenaikan harga minyak dunia dan BBM bersubsidi mengakibatkan gejolak inflasi di masyarakat.
Baca Juga: Bank KB Bukopin, Bank Swasta Pertama Terapkan Obligasi Sosial di Indonesia
Presiden Direktur PT. BNP Paribas Asset Management, Priyo Santoso mengatakan meski diterpa dampak inflasi, kondisi perekonomian Indonesia diperkirakan masih dapat menjaga kepercayaan investor sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
“Kami mengharapkan laju inflasi sudah lebih normal pada 2023. Selain itu, kondisi anggaran pemerintah juga diperkirakan tetap kuat sehingga dapat menjaga kepercayaan investor kepada para pemangku kebijakan. Inilah yang menjadi modal bagi kesinambungan kepercayaan berinvestasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di jangka panjang," ujar Priyo dalam penandatanganan MoU bersama Bank BTPN di Jakarta, Rabu (21/9).
Senada dengan itu, Head of Wealth Management Business Bank BTPN Helena mengatakan secara fundamental, ekonomi Indonesia saat ini masih memiliki peluang dan prospek yang sangat baik ke depannya.
Menurut Helena, data pertumbuhan PDB, aktivitas ekspor terutama komoditas energi, pendapatan negara yang terus berkembang dan ruang kebijakan yang masih luas menjadi dasar pertimbangan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih prospek di tahun ini. Kendati demikian, Helena menyebut masih terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai dalam berinvestasi di sisa akhir tahun 2022.
"Penting bagi investor untuk terus aktif memantau kondisi ekonomi dan pasar saat ini,” ungkap Helena pada kesempatan yang sama.
Baca Juga: Cegah Kerugian Masyarakat, Bappebti Blokir 760 Entitas Ilegal
Helena menegaskan agar para calon investor tetap berinvestasi sesuai profil risiko dan tujuan investasi. Hal itu, agar investasi yang dilakukan tetap aman dan investor dapat mengatur portofolio investasi dengan sesuai. Prinsip high risk and return, menurut Helena tetap berlaku. Beberapa produk investasi tertentu memang diakui dapat memberikan potensi keuntungan yang besar, tetapi juga memiliki potensi kerugian yang besar.
Karena itu, Helena menegaskan agar calon investor bisa memahami tingkat toleransi pribadi terhadap potensi kerugian tersebut. Karena dengan paham sejauh mana toleransi terhadap resiko itu ditambah tujuan investasi, maka akan bertahap terepahami pula bagaimana cara berinvestasi secara efektif.
“Pembagian investasi ini harus dibarengi dan disesuaikan dengan profil risiko kita, guna menemukan strategi investasi terbaik guna mencapai tujuan investasi kita," sambungnya.
Adapun strategi investasi yang bisa dilakukan investor di tengah masih adanya ketidakpastian seperti saat ini, khususnya pada triwulan IV tahun 2022 yakni dengan melakukan diversifikasi dalam investasi pada beberapa kelas aset sebagai langkah memitigasi risiko.
Helena menyebut pembagian porsi bisa dilakukan ke beberapa jenis investasi sesuai dengan profil risiko investor seperti pasar uang (deposito, reksa dana pasar uang), obligasi (obligasi pemerintah, reksa dana pendapatan tetap), dan saham (efek saham, reksa dana saham).
Baca Juga: Johnny Plate Berharap UU PDP Jadi Era Baru Tata Kelola Data Pribadi
“Kami berharap, hadirnya produk investasi ini semakin melengkapi produk wealth management guna menyediakan kebutuhan investasi dalam segala kondisi,” tandas Helena.
Sebagai informasi kerja sama Bank BTPN dan PT. BNP Paribas AM dalam hal penjualan investasi reksa dana ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kedua belah pihak.
Melalui kerja sama tersebut maka Bank BTPN mulai menyediakan bagi para nasabahnya BNP Paribas Rupiah Plus untuk reksa dana pasar uang, BNP Paribas Prima II dan BNP Paribas Prima USD untuk reksa dana pendapatan tetap, dan BNP Paribas Pesona untuk reksa dana saham.
Sementara itu, bagi nasabah yang ingin masuk ke pasar saham global, Bank BTPN juga menyediakan reksa dana saham syariah berbasis efek luar negeri yaitu BNP Paribas Cakra Syariah USD yang fokus berinvestasi ke pasar saham di negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang dan menerapkan proses pemilihan saham menggunakan filter ESG (Environment, Social, and Governance).