Jakarta, Gatra.com - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan Indonesia menyambut baik percepatan otorisasi pemberlakuan Generalized System of Preferences (GSP). GSP merupakan program pemerintah AS untuk menurunkan tarif bea masuk kepada negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia.
“Indonesia menyambut baik setiap kesempatan dan forum kedua negara untuk membahas isu-isu yang penting dalam hubungan Indonesia dan AS,” ungkap Zulhas saat bertemu dengan United States Trade Representative (USTR) Duta Besar Amerika Serikat Katherine Tai, membahas sejumlah isu dan peluang peningkatan kerja sama perdagangan antara RI–Amerika Serikat (AS), termasuk dukungan GSP, Jumat (23/9).
Baca Juga: IC-CEPA Aktif 10 Agustus, RI-Chile Bebas Bea Masuk
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini menyampaikan kepada Katherine Tai agar pemberlakuan GSP AS bagi Indonesia dapat dipercepat.
Menurut dia, proses otorisasi GSP untuk Indonesia oleh Kongres AS telah memakan waktu cukup lama yaitu dua tahun sejak keputusan perpanjangan GSP kepada Indonesia diumumkan pihak AS.
Baca Juga: Produk RI ke-4 Negara Eropa Ini Sekarang Bebas Bea Masuk
“Kami meminta agar Duta Besar Tai dapat mendorong proses otorisasi pemberlakuan GSP oleh Kongres AS," ujarnya.
Zulhas juga menyebut bahwa pemerintah Indonesia memutuskan untuk bergabung dengan semua pilar pada pertemuan tingkat Menteri Indo–Pacific Economic Framework (IPEF) pada awal September lalu.
“Kami mendukung agar IPEF memiliki capaian konkret dan mudah dilakukan, serta memberikan manfaat nyata. Saya harap negosiasi IPEF akan selesai tepat waktu dengan semangat kolaborasi dan menjunjung fleksibilitas,” imbuh Zulhas.
Baca Juga: Buku Tarif Kepabeanan Indonesia 2022 Siap Berlaku Mulai 1 April 2022
Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dihimpun oleh Kementerian Perdagangan menunjukkan pada 2021, total perdagangan Indonesia dan AS mencapai US$37 miliar, atau meningkat 36,17 persen dari 2020.
Total nilai ekspor Indonesia ke AS pada 2021 tercatat sebesar US$25,8 miliar atau naik 38,71 persen. Sementara nilai impor Indonesia dari AS sebesar US$11,2 miliar atau naik 30,23 persen. Sehingga Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$14,6 miliar atas AS. Pada 2021, AS juga menjadi negara dengan peringkat ke-2 sebagai tujuan ekspor dan peringkat ke-4 sebagai tujuan impor.
Adapun produk ekspor unggulan Indonesia ke AS antara lain minyak sawit, krustasea hidup, alas kaki kulit, krustasea dan moluska, dan furnitur. Sedangkan produk impor utama Indonesia dari AS yaitu minyak bumi, kedelai, vaksin, residu pati, dan tepung.