Home Internasional Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat Max 737 Desak Hakim Tolak Kesepakatan Pembelaan Boeing

Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat Max 737 Desak Hakim Tolak Kesepakatan Pembelaan Boeing

New Yokr, Gatra.com – Sebanyak 15 keluarga korban dari 346 orang yang tewas dalam dua kecelakaan fatal 737 MAX, meminta hakim Pengadilan Distrik AS Reed O'Connor untuk menolak kesepakatan pembelaan “main mata” yang dibuat Departemen Kehakiman dengan Boeing.

Reuters, Kamis (25/7) melaporkan, pada Rabu malam, pembuat pesawat itu menyelesaikan perjanjian untuk mengaku bersalah atas tuduhan konspirasi penipuan kriminal dan membayar sedikitnya US$243,6 juta, setelah melanggar perjanjian penuntutan yang ditangguhkan tahun 2021.

Anggota keluarga korban kecelakanaan mengatakan dalam dokumen pengadilan di Texas bahwa mereka akan mengajukan keberatan komprehensif terhadap kesepakatan pembelaan tersebut minggu depan. Alasannya bahwa ada sejumlah masalah, termasuk "pernyataan fakta yang sudah ketinggalan zaman dan menyesatkan," penggunaan "pedoman hukuman yang tidak akurat" dan "komitmen ganti rugi yang ambigu" oleh Boeing.

Keluarga korban mengutip pernyataan O'Connor dalam putusan Februari 2023: “Kejahatan Boeing dapat dianggap sebagai kejahatan korporasi paling mematikan dalam sejarah AS.”

Juru bicara Boeing dan Departemen Kehakiman menolak mengomentari pengajuan keluarga tersebut.

Departemen Kehakiman AS memberi tahu Boeing awal bulan ini bahwa mereka dapat menerima penyelesaian yang mencap pembuat pesawat itu sebagai penjahat atau melawan tuduhan tersebut di pengadilan. 

Departemen Kehakiman AS mengatakan pada bulan Mei bahwa Boeing telah melanggar kewajibannya dalam perjanjian yang melindungi pembuat pesawat, itu dari tuntutan pidana yang berasal dari pernyataan keliru tentang fitur perangkat lunak utama yang terkait dengan kecelakaan fatal 737 MAX pada tahun 2018 dan 2019, di Indonesia dan Ethiopia.

“Pembuat pesawat itu mengizinkan pekerjaan yang berpotensi berisiko di pabriknya dan tidak memastikan pencatatan utama pesawat terbang akurat atau lengkap,” kata Departemen Kehakiman saat menguraikan mengapa mereka yakin Boeing telah melanggar perjanjian penangguhan penuntutan tahun 2021.

Boeing pada tanggal 7 Juli setuju pada prinsipnya untuk mengaku bersalah atas konspirasi dalam menipu Administrasi Penerbangan Federal, setelah pemerintah mengatakan pembuat pesawat itu dengan sengaja membuat pernyataan palsu tentang perangkat lunak utama untuk 737 MAX.

Departemen Kehakiman sedang melakukan penyelidikan kriminal terpisah terhadap pesawat Alaska Airlines yang kehilangan empat baut kunci.

“Kesepakatan pembelaan tersebut menimbulkan kekhawatiran serius bagi keluarga korban,” kata pengacara dalam pengajuan hari Kamis. Ia mempertanyakan perhitungan denda yang tidak dapat dijelaskan, dan kurangnya pengakuan oleh perusahaan bahwa kejahatannya telah menewaskan 346 orang.

Sebagai bagian dari kesepakatan pengakuan bersalah, Boeing setuju untuk membayar denda maksimum sebesar US$487,2 juta dan DOJ menyarankan pengadilan mengkreditkan pembayaran sebelumnya tahun 2021 sebesar US$243,6 juta terhadap denda tersebut, yang disyaratkan oleh kesepakatan tahun 2021.

Kesepakatan yang disetujui bulan ini juga memberlakukan pemantau independen, yang harus mengajukan laporan kemajuan tahunan ke publik, untuk mengawasi kepatuhan perusahaan.

Keluarga berpendapat bahwa O'Connor, bukan Departemen Kehakiman, yang harus memilih pemantau independen. 

DOJ melanggar preseden dalam kesepakatan tersebut dengan menetapkan bahwa departemen, bukan Boeing, yang akan memilih firma tersebut.

70