Jakarta, Gatra.com - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengungkapkan alasan harga kedelai impor tak kunjung turun meskipun harga di tingkat global anjlok memasuki bulan Oktober 2022 ini.
Menurut dia, kedelai yang diperdagangkan saat ini merupakan kontrak pembelian di bulan Juli-Agustus 2022 di mana harga masih tinggi.
“Gandum, kedelai itu kan pesanan bulan Juli-Agustus, datangnya sekarang makanya harganya naik," ungkap Zulhas kepada wartawan usai menghadiri Launching Sail Tidore di Kantor Kementerian Perdagangan, Selasa (11/10).
Baca Juga: Anomali Gejolak Harga Beras, Mendag Zulhas: Naik Sedikit Aja Masyarakat Miskin Terdampak
Kendati, Zulhas menyebut harga kedelai saat ini untuk pesanan bulan November 2022 sudah mulai turun. Penurunan harga kedelai di pasar global disebabkan waktu panen raya di negara asal telah berlangsung.
"Sudah panen raya, saya kira harga akan stabil," sebutnya.
Ia pun memastikan bahwa kedelai akan tetap disubsidi pemerintah sebesar Rp1.000/kilogram. Subsidi itu, kata Zulhas akan berlangsung hingga Desember 2022.
Adapun berdasarkan data Tradingeconomics.com menunjukkan harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) per hari ini 11 Oktober 2022 pukul 14:14 WIB sebesar US$1.375,75 per gantang, turun 7,27 persen dibandingkan bulan lalu.
Baca Juga: Gelar Pertemuan dengan Peternak, Mendag Zulhas Ungkap Penyebab Harga Ayam Anjlok
Plt Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, Syailendra mengatakan bahwa stok impor kedelai dipastikan cukup. Saat ini stok di gudang importir hampir mencapai 400 ribu ton.
Syailendra menekankan bahwa stok kedelai bersifat dinamis, tidak bisa disimpan untuk jangka panjang lebih dari tiga bulan.
"Kalau impor, kedelai itu memang sistem stok itu dynamic stock. Kalau kedelai memang nggak bisa disimpan lama," ujar Syailendra.
Menurut dia, rata-rata kebutuhan kedelai secara nasional berkisar 200-250 ribu ton setiap bulan. Adapun importir terus melakukan pemesanan ke negara produsen secara berkala dan memastikan stok di gudang 250 ribu ton tersedia untuk bulan berjalan.
Baca Juga: Bertemu Dubes AS, Mendag Minta Percepatan Implementasi GSP bagi Indonesia
"Nanti kalau yang 250 ribu ton dalam perjalanan itu untuk stok bulan November. Kebutuhan untuk Desember sudah ada kontrak lagi. Jadi selalu ngalir gitu, nggak ada stok mati di gudang dalam jumlah banyak," tuturnya.
Meski gejolak ekonomi terus berlanjut, serta isu geopolitik memanas lagi, Syailendra memastikan stok kedelai impor tetap terpantau aman. Tidak ada hambatan suplai dari negara produsen hingga saat ini.
"Sejauh ini gak ada informasi dari teman-teman (importir), sejauh ini masih bagus, aliran suplai masih bagus," katanya.