Jakarta, Gatra.com- Alam ikut bergembira dengan Hari Raya Idul Fitri 1444 H. Dengan menganugerahi Indonesia dengan hadiah yang luar biasa, yakni Gerhana Matahari Total (GMT), yang akan berlangsung pada 20 April 2023.
Gerhana matahari adalah suatu keadaan dimana bulan berada di tengah-tengah matahari dan bumi, sehingga menyebabkan sinar matahari ke bumi menjadi terhalang. Ini terjadi pada saat bulan mati, bayanganya yang berbentuk kerucut ini menutupi permukaan bumi dan menyebabkan sisi bumi yang tertutup bayangan bulan menjadi gelap atau kegelapan.
Gerhana bulan total terjadi Indonesia Bagian Timur, Maluku hingga Papua. Kota Kupang juga nyaris mendapatkan GMT, dengan pemandangan 96% lebih matahari tertutup bulan. Sedangkan kota-kota lain di Indonesia melihat gerhana sebagian. Seperti Jakarta misalnya, melihat Matahari seperti bulan sabit dengan 38,8% tertutup Bulan.
Untuk mengecek penampakan gerhana yang akan datang, Anda bisa mengeceknya di sini. Gerhana Matahari akan diikuti dengan gerhana bulan pada 5 Mei 2023.
Saat terjadi gerhana umat Islam disunahkan untuk shalat gerhana Matahari (Shalat Kusuf), Bulan (Shalat Khasaf). Hukumnya sunah muakkad yaitu amalan sunnah yang dilakukan untuk menyempurnakan suatu ibadah wajib dan dianjurkan dilakukan sebab tingkatannya hampir mendekati ibadah wajib.
Waktu pelaksanaan saat terjadi gerhana. Yaitu, begitu terjadi gerhana diberikan aba-aba, "Assholatu Jami’ah”.
Jumlah rokaat shalat gerhana adalah dua, dengan empat Al Fatihah dan empat bacaan surat. Juga empat ruku'.
Untuk memudahkan dalam memahami, tatacara pelaksanaan shalat gerhana akan dijelaskan dalam bentuk urutan sebagai berikut:
1. Niat. Cukup menyengaja dalam hati, tidak harus dilafalkan.
2. Takbiratul ihram. Membaca doa iftitah. Doa iftitah yang dibaca bebas, bisa memilih yang pendek, pertengahan maupun yang panjang asalkan didasarkan pada riwayat yang shahih. Doa iftitah dibaca pelan.
3. Membaca Ta’awudz. Ta’awudz juga dibaca dengan pelan.
4. Membaca surat Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah dibaca dengan keras.
5. Membaca surat. Jika mampu membaca surat Al-Baqoroh atau surat lain yang panjangnya kira-kira sama. Jika tidak mampu surat Al-Baqoroh, maka bebas memilih surat yang lain, baik yang panjang maupun yang pendek.
6. Ruku’. Ruku’ dilakukan dengan lama, kira-kira selama orang membaca 100 ayat. Bacaan Tasbih saat Rukuk bebas asalkan didasarkan pada riwayat yang shahih
7. I’tidal. Pada saat ini, bacaan Tasmi’ (dilafalkan).
8. Membaca Al-Fatihah kedua. Selesai membaca Tasmi’ tangan disedekapkan lagi lalu membaca Al-Fatihah untuk yang kedua kali. Inilah yang membedakan dengan Shalat-Shalat biasa. Jika pada Shalat biasa setelah I’tidal langsung Sujud, maka pada Shalat gerhana setelah I’tidal berdiri lagi untuk membaca.
9. Membaca surat. Jika mampu membaca surat Ali Imran atau surat lain yang panjangnya kira-kira sama. Jika tidak mampu surat Ali Imran, maka bebas memilih surat yang lain baik yang panjang maupun yang pendek.
10. Ruku’. Ruku’ dilakukan dengan lama, tetapi lebih pendek sedikit daripada Rukuk yang pertama. Bacaan Tasbih saat Rukuk bebas asalkan didasarkan pada riwayat yang shahih.
11. I’tidal. Pada saat ini, bacaan Tasmi’ (Dilafalkan).
12. Sujud. Setelah I’tidal dan membaca Tasmi’ Sujud langsung dilakukan. Sujud juga diusahakan lama. Sujud dilakukan dua kali yang disela-selai duduk diantara dua Sujud sebagaimana Shalat biasa.
13. Berdiri dari Sujud untuk melakukan Rokaat yang kedua. Pada Rokaat yang kedua ini yang dilakukan sama persis dengan Rokaat yang pertama, hanya saja durasi waktunya lebih pendek. Al-Fatihah dan surat dibaca, lalu Rukuk, lalu I’tidal lalu membaca lagi Al-Fatihah dan surat lalu Rukuk lalu I’tidal. Sebagaimana dalam Rokaat pertama dilakukan dua kali berdiri dan dua kali Rukuk, maka pada Rokaat yang kedua ini juga dilakukan dua kali berdiri dan dua kali Rukuk.
14. Sujud. Setelah I’tidal, maka gerakan dilanjutkan dengan Sujud dua kali yang disela-selai duduk diantara dua Sujud. Sujud pada Rokaat yang kedua ini juga lama, tetapi lebih pendek daripada Sujud pada Rokaat pertama.
15. Salam.