Musi Banyuasin, Gatra.com -Para ustaz dari Ponpes Mamba’ul Qur’an Desa Kali Berau, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) mendatangi Polda Sumsel untuk meminta perlindungan.
Kedatangan para ustaz ini didampingi pengacaranya pada Senin (22/5) kemarin. Perselisihan antara ustaz di Ponpes dengan preman kampung dipicu masalah fee katering unit usaha BUMDes. Mereka tak bisa mengajar lantaran ancaman yang terjadi terus-menerus oleh preman kampung.
Salah satu ustaz Ponpes Azhari mengaku awal pengancaman dari para preman bermula dari usaha berupa pekerjaan yang dilakukan di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bulan Mei 2023.
"Salah satu unit usaha BUMDes memasok kebutuhan makanan katering salah satu perusahaan yang ada di desa itu. BUMDes kita itu selama ini memasok makanan katering untuk kebutuhan salah satu perusahaan,” ujarnya, Rabu (24/5).
Diakuinya memang selama ini warga di sana, berinisial CA mendapatkan pekerjaan tersebut. Dengan realisasi atau fee bagi BUMDes sendiri sebesar Rp200 per porsi.
Selanjutnya BUMDes dengan ketua kepala desa yang baru bermusyawarah agar BUMdes mendapat bagaian atau fee Rp1.000 per porsi.
"Pihak Ponpes melihat ini peluang untuk mendapatkan income agar ponpes dapat berkembang dan maju," jelasnya.
Lalu puncaknya saat ketua Ponpes, Abdul Aziz bersama rombongan dihadang kawanan CA yang dendam. Mereka memukul Abdul Aziz hingga masuk rumah sakit.
Kemudian salah satu ustaz yaitu Wijianto berusaha membela. Dia mengambil golok dari mobil dan membacok salah satu preman hingga terkapar berlumuran darah, dan kawanan ini kabur.
"Ustaz Wijianto sudah menyerahkan diri ke Polsek Bayung Lencir dan ditahan. Namun masalahnya tak selesai, kawanan CA ini masih menaruh dendam. Ancaman semakin sering kami rasakan karena mereka sering keluar masuk pesantren untuk menakut nakuti dan mencari-cari permasalahan,” bebernya
Sementara itu, pengacara para ustaz Yeperson menambahkan, berdasarkan hasil medical record bahwa kliennya mengalami nyeri kepala trauma akibat kena pukul rombongan Ca.
“Korban sendiri hingga petang Senin kemarin, masih mendapatkan perawatan di rumah sakit Myria Palembang,” ungkapnya.
Pihaknya berharap Polda Sumsel segera menanggapi laporan tersebut. Karena mereka kasihan dengan santri yang tidak dapat belajar, karena para ustaz-nya merasa terancam.
"Santri Ponpes Mamba’ul Qur’an memilih tak sekolah, sebab ustaz mereka tak masuk mengajar," tutupnya.