Bantul, Gatra.com - Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Adiningsih dimakamkan di pemakaman Gunung Sempu Hills Memorial Park, Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, DIY, Minggu (17/6) siang. Hingga akhir hayatnya, masih memikirkan kondisi bangsa.
Dewan Pertimbangan Presiden periode 2014-2019 tersebut meninggal dunia pada usia 62 tahun, di RSUP Dokter Sardjito Yogyakarta, Sabtu (17/6) malam. Sri meninggalkan suami, Kunta Setiaji, dan seorang anak, Stri Nariswari Setiaji.
Sebelumnya, jenazah Mbak Nining, begitu ia akrab disapa oleh para koleganya, disemayamkan di rumah duka di gedung Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ) di Kasihan, Bantul, Minggu pagi. Selanjutnya jenazah disemayamkan di Balairung UGM untuk didoakan bersama dan mendapat penghormatan terakhir dari warga UGM.
Di pemakaman Gunung Sempu, terlihat karangan bunga ucapan duka cita dari sejumlah tokoh nasional, seperti Presiden Joko Widodo, Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri, Menko Marinves Luhut Panjaitan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani.
Jenazah Sri tiba di pemakaman pukul 14.18 WIB. Prosesi pemakaman yang diiringi pembacaan doa dan tabur bunga berlangsung hingga pukul 15.00 WIB. Seratusan orang yang terdiri dari keluarga, kerabat, dan kolega hadir dan khidmat mengikuti jalannya upacara pemakaman.
Usai pemakaman, suami Sri, Kunta Setiaji, mengenangnya sebagai sosok yang serba teratur. "Semua teratur dan harus direncanakan jauh-jauh hari," kata Kunta.
Hingga akhir hayatnya, Sri masih aktif sebagai akademisi UGM dan di beberapa lembaga keilmuan. "Ibu masih mengajar, sempat minta pensiun tapi tidak diizinkan," katanya.
Adapun putri Sri, Stri Nariswari, menyebut sang ibu berjiwa sosial tinggi. "Ibu memikirkan semua orang. Kalau ada yang susah pasti ditolong, dari asisten, tetangga, sampai ke panti asuhan dan panti jompo," tuturnya.
Sebagai akademisi yang turut merumuskan visi-misi ekonomi Presiden Jokowi, Sri juga masih menaruh perhatian besar pada perkembangan perekonomian bangsa, terutama perekonomian berbasis desa.
"Ibu masih memikirkan bangsa Indonesia ini mau dibawa ke mana. Kalau melihat berita di TV, (berkomentar) 'harusnya begitu'," ujar Stri.
Sebagai pengajar di UGM, ia merupakan lulusan sarjana dari program Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, UGM. Pada 1989, ia meraih gelar Master of Science (M.Sc.) dari University of Illinois at Urbana-Champaign di Amerika Serikat. Di universitas yang sama, ia menjadi doktor bidang ilmu ekonomi.
Di FEB UGM, ia mengajar Perekonomian Indonesia, Makroekonomika, Bank dan Lembaga Keuangan, dan Workshop Ekonomika Moneter serta menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Ekonomi Asia Pasifik UGM.
Ia dilantik sebagai guru besar di UGM pada 2012 dan menjadi Ketua Pengelola Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) FEB UGM pada 2014.
Di luar UGM, ia pernah dipercaya sebagai adviser/ principal economist Exim Securities pada 1997, anggota tim ahli penyiapan materi GBHN bidang Wanhankamnas tahun 1998, serta anggota pada Ombudsman BPPN sejak 1999.
Sri juga pernah ditunjuk sebagai anggota Tim Ahli Panitia Ad Hoc MPR pada 2001 dan kemudian terpilih menjabat sebagai Sekretaris Komisi Konstitusi. Ia pun terlibat aktif sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) serta menjadi Founder dari Institute of Social Economic & Digital (ISED).
Pada 2014-2019, ia ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Sri menerima penghargaan Kesetiaan 35 Tahun dari UGM pada 2021 dan Satyalancana Karya Satya XXX dari pemerintah pada 2019.